KESENJANGAN SOSIAL, FENOMENA SELFIE FOYA FOYA VS TETANGGA KELAPARAN
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si
Gambar 1. Potret Si Miskin dan Si Kaya (Sumber gambar: www.google.com). |
Berbincang soal si kaya dan si miskin, tentu banyak menimbulkan problema kehidupan. Ada ketimpangan sosial yang berdampak pada KESENJANGAN. Haruskah si kaya peduli si miskin, kan gaya pakai uang-uangnya sendiri bukan dari si miskin?. Ya, itu adalah pembelaan para si bakhil (si pailit) yang enggan untuk bersodaqoh.
Seiring berjalannya teknologi, orang-orang semakin haus akan pengakuan diri sampai lupa diri. Bagaimana tidak, sedikit-sedikit cekrak-cekrek. "Lagi makan di cafe", "lagi nunggu lama", "baju baru", "mobil baru", "rumah baru" bahkan semua isi rumah di video dan di share di sosial media untuk pengakuan diri tanpa rasa malu.
Kamu yang suka pamer shopping upload sosmed, kamu yang suka upload barang mewah, kamu yang suka upload isi rumah dan segala kemewahan dunia. Iya kamu, memang semua itu adalah milikmu secara dzohir. Kamu beli pakai uang-uangmu sendiri, tapi perlu kamu ingat bahwa rizkimu itu dari Tuhan (Allah swt) yang Rohman (Pengasih pada semua makhluknya baik yang beriman atau tidak). Di dalam rizkimu ada hak fakir miskin, yatim piatu, dan dhuafa. Itulah mengapa Islam mewajibkan zakat mal. Karena Islam mengajarkan kepedulian sosial.
Gambar 2. Potret Makanan Si Kaya dan Si Miskin. (Sumber gambar: www.google.com). |
Sekalipun kamu haji dan umroh berkali-kali, bahkan puluhan kali, jika kamu tidak peduli tetangga kanan kirimu. Kamu bisa foya-foya pamer kekayaan, sementara tetanggamu (tetangga yatim piatu dan fakir miskin) ada yang kelaparan maka akan menjadi dosa sosial bagumu sebab telah hilang jiwa kepedulianmu. Cobalah imbang, jika pamermu soal harta, hedon, lifestyle besar maka sodaqohnya juga diperbesar. Tidak peduli sodaqohmu ikhlas atau pamer, setidaknya dampak sodaqohmu itu mengurangi BEBAN orang lain, meringankan orang lain bahkan menghilangkan rasa kelaparan. Masalah pamer atau tidak itu urusanmu sama Tuhanmu. Setidaknya dampaknya terasakan meringankan BEBAN orang lain.
Pada hakekatnya sodaqoh ada 2 macam, boleh dilakukan secara terang-terangan dan secara sembunyi-sembunyi. Biar aman, pahala tidak hilang alangkah baiknya luruskan niat. Kalau kamu memilih sodaqoh terang-terangkan niatkan untuk membantu sesama lilahi ta'la dan menginspirasi yang melihat agar dermawan sehingga semakin banyak si dermawan yang peduli kaum lemah. Sebaliknya, jika kamu sedekah sembunyi-sembunyi niatkan sedekah lilahi ta'ala dan selamat dari fitnah riya'.
Baik sodaqoh yang dilakukan secara terang-terangan, maupun sodaqoh yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi semuanya sama punya potensi riya'. Riya'nya sodaqoh sembunyi-sembunyi merasa dirinya paling baik, hanya Tuhan yang tahu. Riya'nya sodaqoh terang-terangan adalah pujian manusia yang menjadikan sombong dan ujub. Nah, seburuk-buruknya sodaqoh bahkan riya' sekalipun itu jauh LEBIH BAIK dibandingkan si kikir yang hobi foya-foya, shopping, hedon gaya sana sini, pelit berbagi, mementingkan kebahagiaan sendiri lalai kelaparan tetangga kanan kiri. Bagaimana tidak, sekalipun sodaqoh pamer, setidaknya tetap membantu meringanka beban orang lain. Namun alangkah baiknya segala sesuatu lillah (karena Allah swt), bukan linnas (karena manusia) untuk mengharap pujian. Hakekatnya mau pujian mau hinaan tidak berarti di hadapan Tuhan, yakni sama saja. Pujian tak membuat derajatmu lebih tinggi di hadapan Tuhan. Sebab yang berhak dipuji sebenarnya adalah Dzat Yang Maha Segalanya. Demikian juga hinaan tak membuat dirimu hina di hadapan Tuhan. Jadi biasa saja, tak usah fokus pada pujian atau hinaan. Fokusnya peduli sesama sebagai wujud manusia yang memanusiakan manusia lainnya.
Gambar 3. Potret Kehidupan Si Miskin dan Si Kaya (Sumber gambar: www.google.com). |
Terkadang miris, bahkan hati ini menangis tatkala mengetahui potret kesenjangan sosial tanpa berhati nurani. Tetangga satu pamer mobil baru, rumah baru, baju baru, makanan mewah, sementara tetangga kanan kirinya si fakir miskin yang pemulung, dhuafa, dan yatim piatu makan dari leles-leles di sampah, dapat beras dari nyari hutangan sana sini, buat biaya sekolah anak kekurangan, bahkan tinggal di gubug reot hingga beratapkan atap jembatan. Nah yang seperti ini ada dosa sosial dimana kamu berpesta foya ria, sementara kelaparan, kekurangan tetangga engkau abaikan. Minimal kalau kamu tidak bisa sodaqoh atau memberi, mbok ya jangan dipameri. Benda-bendamu, barang-barangmu kamu simpan sendiri tak usah di show up (diperlihatkan) di sosial media dan dipamerin orang-orang, kasihan kan mereka sebab gegara kamu bisa membuat mereka ngiler. Tanggung jawab moralmu mana, memberi tidak, tetapi mameri iya. Life style sederhana saja, tidak usah ngoyo demi gaya hidup dan pujian kemewahan. Hidup paling enak itu penuh syukur, sederhana dan tidak neko-neko. Belilah barang seperlunya saja, tak perlu berlebihan sebab semua yang kamu pakai akan di hisab dan dimintai pertanggung jawaban semua di hadapan Tuhanmu.
Kurangi gaya hidup hedon, pamer kemewahan life style dan tingkatkan kepekaan sosial. Percayalah, kebaikan yang kamu lakukan akan kembali padamu dan tidak sedikit pun kamu dirugikan. Ketika kamu selalu berusaha membahagiakan orang yang kesusahan, suatu saat ketika kamu butuh bantuan in syaAllah akan Allah kirimkan orang untuk membantumu sehingga membahagiakanmu.
Berbagilah terhadap sesama, jika kamu tidak bisa berbagi harta maka berbagilah ilmu. Jika tidak memiliki ilmu yang cukup untuk sharing, tidak memiliki harta untuk berbagi, ringan tanganlah membantu sesama dengan tenaga. Ada banyak cara untuk berbagi kebermanfaatan, bisa dengan ilmu, harta, maupun tenaga. Dan kurangi kemewahan life style untuk pengakuan diri. Tanpa pujian kamu tetap hidup kog. Tingkatkan kepedulian sosial sesuai kemampuanmu, semoga keberkahan menyelimuti hidupmu.