TAFSIR
AL QUR’AN
*****
QS.
AL ANBIYA 21: 78-82
*****
(KISAH
TAULADAN NABI DAUD AS
&
NABI SULAIMAN AS)
*****
Setiap insan yang hidup
di dunia tentu tak lepas dari ujian hidup. Dalam menjalani ujian hidup, sudah
seyogyanya kita bersabar dan ikhlas menerimanya. Ujian hidup yang bernama
masalah inilah yang akan mendewasakan kita dalam bersikap. Hadirnya suatu
masalah menuntut manusia untuk tumbuh dan bersikap solutif. Tak jarang, dalam menghadapi suatu masalah, kita
dihadapkan pada beberapa pilihan. Untuk memutuskan suatu pilihan bukanlah hal
mudah, pasti ada pilihan lain yang perlu dikorbankan. Kisah Nabi Daud AS dan
Nabi Sulaiman AS adalah kisah tauladan dalam mengambil keputusan yang bijak
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Kisah hidup Nabi Daud AS dan Nabi
Sulaiman AS termaktub dalam QS. Al-Anbiya ayat 78-82.
Allah swt berfirman dalam QS. Al-Anbiya
ayat 78 yang artinya:
“Dan
(ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan
mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan
kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu,
(Al-Anbiya 21:78).”
Adapun
penjelasan QS. Al Anbiya 21: 78 dalam
kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan) ingatlah (Daud dan
Sulaiman) yakni kisah keduanya, dijelaskan oleh ayat selanjutnya (di waktu
keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman) berupa ladang atau pohon anggur
(karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya)
kambing-kambing itu memakannya dan merusaknya di waktu malam hari tanpa ada
penggembalanya, karena kambing-kambing itu lepas dengan sendirinya dari
kandangnya. (Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka
itu) Dhamir jamak dalam ayat ini menunjukkan makna untuk dua orang, yaitu Nabi
Daud dan Nabi Sulaiman. Lalu Nabi Daud berkata, "Pemilik ladang itu berhak
untuk memiliki kambing-kambing yang telah merusak ladangnya". Akan tetapi
Nabi Sulaiman memutuskan, "Pemilik kebun hanya diperbolehkan memanfaatkan
air susu, anak-anak dan bulu-bulunya, sampai tanaman ladang kembali seperti
semula, diperbaiki oleh pemilik kambing, setelah itu ia diharuskan
mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya". (Tafsir Al-Jalalain,
Al-Anbiya 21:78).
Berdasarkan penjelasan Tafsir Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 78 dapat
diketahui bahwasannya dalam kisah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS terjadi
konflik pada ummatnya. Pada malam hari, ada kambing dari suatu kaum yang lepas
dari kandangnya, lantas memakan tanaman anggur di ladang tetangganya. Kambing
itu lepas dari kandang tanpa sepengetahuan pengembalanya sehingga dalam hal ini
pemilik kambing tidak mengetahui jikalau kambingnya lepas dan memakan tanaman
tetangganya yang siap panen. Lalu si pemilik ladang menghadap pada Nabi Daud AS
dan Nabi Sulaiman AS untuk memberikan solusi terkait permasalahan tersebut.
Terkait permasalahan tersebut, Nabi Daud AS memiliki perbedaan pendapat
dengan putranya (Nabi Sulaiman AS). Dalam hal ini, menurut Nabi Daud AS,
pemilik ladang berhak memiliki kambing-kambing yang merusak tanaman anggur yang
siap panen sebagai ganti kerugian yang telah disebabkannya. Hal ini berbeda
dengan pendapat Nabi Sulaiman AS (putra Nabi Daud AS), Nabi Sulaiman AS
berpendapat bahwa sebagai ganti atas kerusakan yang disebabkan kambing tanpa
sepengetahuan si pemilik kambing. Pemilik ladang berhak memanfaatkan air susu,
anak-anak kambing dan bulu-bulu kambing sampai si pemilik kambing selesai
memperbaiki tanaman yang dirusak hingga tumbuh seperti semula sedia kala.
Adapun kelanjutan dari kisah tersebut termaktub dalam QS. Al-Anbiya 21::
79 yang artinya:
Maka Kami
telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat);
dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah
Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud.
Dan kamilah yang melakukannya. (Al-Anbiya 21:79).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 79 dalam kitab tafsir jalalain yaitu:
(Maka
Kami telah memberikan pengertian tentang hukum) yakni keputusan yang adil dan
tepat (kepada Sulaiman) keputusan yang dilakukan oleh keduanya itu berdasarkan
ijtihad masing-masing, kemudian Nabi Daud mentarjihkan atau menguatkan
keputusan yang diambil oleh Nabi Sulaiman. Menurut suatu pendapat dikatakan,
bahwa keputusan keduanya itu berdasarkan wahyu dari Allah dan keputusan yang
kedua yaitu yang telah diambil oleh Nabi Sulaiman berfungsi memansukh hukum
yang pertama, yakni hukum Nabi Daud (dan kepada masing-masing) daripada
keduanya (Kami berikan) kepadanya (hikmah) kenabian (dan ilmu) tentang
masalah-masalah agama (dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan
burung-burung, semua bertasbih bersama Daud) demikianlah gunung-gunung dan
burung-burung itu ditundukkan untuk bertasbih bersama Nabi Daud. Nabi Daud
memerintahkan gunung-gunung dan burung-burung untuk ikut bertasbih bersamanya
bila ia mengalami kelesuan, hingga ia menjadi semangat lagi dalam bertasbih.
(Dan Kamilah yang melakukannya) yakni Kamilah yang menundukkan keduanya dapat
bertasbih bersama Daud, sekalipun hal ini menurut kalian merupakan hal yang ajaib
dan aneh yaitu tunduk dan patuhnya gunung-gunung dan burung-burung kepada
perintah Nabi Daud. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:79).
Dari penjelasan tafsir jalalain QS. Al-Anbiya 21: 79 menunjukkan bahwa
baik keputusan Nabi Daud AS maupun keputusan Nabi Sulaiman AS berasal dari
wahyu Allah swt. Keputusan Nabi Daud AS ataupun
keputusan Nabi Sulaiman AS keduanya diambil dari ijtihad masing-masing,
namun Nabi Daud AS akhirnya memilih keputusan putranya (Nabi Sulaiman AS) dan
beliau menguatkannya bahwasannya keputusan putranya lebih tepat dan bijak untuk
menyelesaikan masalah tersebut, sehingga keputusan Nabi Sulaiman AS yang
dilakukan. Keputusan Nabi Sulaiman AS berfungsi untuk menguatkan keputusan yang
telah diberikan Nabi Daud AS.
Allah swt memberikan wahyu berupa kenabian dan ilmu untuk memecahkan
persoalan persoalan agama pada Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS. Adapun wahyu
yang Allah swt berikan pada Nabi Daud AS adalah gunung-gunung, burung-burung
tunduk pada perintah Nabi Daud AS serta bertasbih bersama Nabi Daud AS untuk
memuji keagungan Allah swt. Bagi pemikiran logika, mungkin hal ini aneh dan
ajaib, binatang dan gunung yang notabennya benda mati dapat tunduk dengan
manusia. Namun, itu tidaklah aneh menurut Allah swt. Sebab Allah swt dapat
menghendaki apapun, sebab Dialah Allah…Dzat yang Maha Berkuasa atas segala
sesuatu. Tiada yang tidak mungkin bagi Allah, segalanya mungkin bagi Allah swt.
Kisah tersebut bersambung pada QS. Al-Anbiya 21: 80 yang artinya:
Dan
telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara
kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (Al-Anbiya
21:80).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 80 dalam kitab tafsir jalalain yaitu:
(Dan
Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi) yaitu baju yang terbuat dari besi,
dialah orang pertama yang menciptakannya dan sebelumnya hanyalah berupa
lempengan-lempengan besi saja (untuk kalian) yakni untuk segolongan manusia
(guna melindungi diri kalian) jika dibaca Linuhshinakum, maka Dhamirnya kembali
kepada Allah, maksudnya, supaya Kami melindungi kalian. Dan jika ia dibaca
Lituhshinahum, maka Dhamirnya kembali kepada baju besi, maksudnya, supaya baju
besi itu melindungi diri kalian. Jika dibaca Liyuhshinakum, maka Dhamirnya
kembali kepada Nabi Daud, maksudnya, supaya dia melindungi kalian (dalam
peperangan kalian) melawan musuh-musuh kalian. (Maka hendaklah kalian) hai
penduduk Mekah (bersyukur) atas nikmat karunia-Ku itu, yaitu dengan percaya
kepada Rasulullah. Maksudnya bersyukurlah kalian atas hal tersebut kepada-Ku.
(Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:80).
Tafsir Al-Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 80 menjelaskan bahwasannya wahyu
Nabi Daud AS adalah dapat membuat baju besi untuk perang. Atas izin Allah, baju
besi ini berfungsi untuk melindungi diri dari serangan musuh (panah musuh)
tatkala perang. Nabi Daud AS adalah orang pertama yang mengajarkan cara
pembuatan baju dari besi, pada masa sebelumnya belum ada baju besi, besi hanya
berupa lempengan-lempengan saja. Pembuatan baju besi dibuat dengan cara
dipandai, dipanaskan di atas bara api hingga berwarna merah lantas
dibentuk-bentuk sesuai bentuk yang dikehendaki. Ini adalah inspirasi pertama
yang diterapkan hingga saat ini terutama oleh para TNI tatkala tank TNI perang.
Pada hekekatnya, baju besi adalah perantara untuk mendapatkan keselamatan,
sedangkan yang memberikan keselamatan dalam peperangan adalah Allah SWT.
QS. Al-Anbiya 21: 81 merupakan kelanjutan dari kisah Nabi Sulaiman AS
yang artinya:
Dan
(telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang
berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan
adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Anbiya 21:81).
Adapun penjelasan dari QS. Al-Anbiya 21: 81 dari tafsir Al-Jalalain
yaitu:
(Dan) telah Kami tundukkan
(untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya) dan pada ayat yang lain
disebutkan Rukha-an, artinya angin yang sangat kencang dan pelan tiupannya,
kesemuanya itu sesuai dengan kehendak Nabi Sulaiman (yang berhembus dengan
perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya) yakni negeri Syam. (Dan
adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu) antara lain ilmu Allah yang telah
diberikan kepada Sulaiman itu akan mendorongnya tunduk patuh kepada Rabbnya.
Allah melakukan hal itu sesuai dengan ilmu-Nya yang maha mengetahui segala
sesuatu. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:81).
Berdasarkan penjelasan dari Tafsir Al Jalalain pada QS. Al-Anbiya 21: 81
tersebut menunjukkan bahwa Allah swt memberikan wahyu pada Nabi Sulaiman AS
berupa Nabi Sulaiman AS dapat menundukkan tiupan angin sesuai perintahnya, baik
angin yang berhembus kencang maupun angin yang berhembus pelan. Sesungguhnya,
Dialah Allah…Dzat yang Maha Berkehendak dengan ilmuNya. Wahyu Nabi Sulaiman AS
merupakan bukti kekuasaan Allah atas segala sesuatu termasuk memerintahkan
angin untuk tunduk pada perintah Nabi Sulaiman AS.
Kelanjutan dari kisah Nabi Sulaiman AS terdapat pada QS. Al-Anbiya 21:
82 yang artinya:
Dan
Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang
menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada
itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu, (Al-Anbiya 21:82).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 82 dalam tafsir Al-Jalalain adalah:
(Dan)
telah Kami tundukkan pula kepadanya (segolongan setan-setan yang menyelam
untuknya) mereka menyelam ke dalam laut, lalu mereka mengeluarkan batu-batu
permata dari dalamnya untuk Nabi Sulaiman (dan mereka mengerjakan pekerjaan
selain daripada itu) selain menyelam, yaitu seperti membangun bangunan dan
pekerjaan-pekerjaan berat lainnya (dan adalah Kami memelihara mereka) supaya
mereka jangan merusak lagi pekerjaan-pekerjaan yang telah mereka perbuat.
Karena watak setan itu bilamana selesai dari suatu pekerjaan sebelum malam
tiba, mereka merusaknya kembali, jika mereka tidak disuruh mengerjakan
pekerjaan yang lain. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:82).
Dari penjelasan tafsir Al-Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 82 memaparkan bahwa
wahyu Nabi Sulaiman AS diantaranya:
1.
Syetan-syetan
tunduk pada perintah Nabi Sulaiman AS untuk menyelam ke dasar lautan dan
mengambilkan batu-batu permata dan mutiara untuk diberikan dan dipersembahkan
pada Nabi Sulaiman AS.
2.
Syetan-syetan
memngerjakan pembuatan bangunan dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya namun
tidak merusak lagi pekerjaan yang telah mereka (syetan-syetan lakukan). Sebab
watak syetan adalah apabila pekerjaan syetan telah sebesai sebelum malam tiba,
lantas syetan tidak memiliki pekerjaan yang lain maka ia merusak kembali
pekerjaan yang telah selesai dilakukannya. Namun ajaibnya dari wahyu Nabi
Sulaiman AS adalah Nabi Sulaiman AS dapat menyuruh syetan membuat bangunan
namun bangunan itu kokoh dan tidak dirusak kembali oleh syetan.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai
rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali
selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum (Blora) sekaligus guru yang mengampu dalam
kajian kitab Tafsir Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya
kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan
memuliakannya sebagai golongan orang-orang yang beruntung. Semoga Allah swt
senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab
melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat
mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih
baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat
memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam
lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul
khotimah. Aamiin.
Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan
dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah
penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya
semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta
menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini
tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka
dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis
pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/
email: halimahundip@gmail.com.
Semoga bermanfaat.
Tiada yang
lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum
muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada
yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.
REFERENSI:
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali.
Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil
Imam Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al
Anbiya ayat 78-82. Halaman 33.