TAFSIR
QUR’AN
*****
QS.
AL-ANBIYA 41-50
*****
KETIKA
KESOMBONGAN BERTASBIH, KEHANCURAN MENANTI
Duhai kaum muslimin muslimat yang
dirahmati Allah SWT…J
Salah satu penyakit hati adalah
sombong. Duhai insan yang mulia, sebagai makhluk sudah selayaknya kita bersikap
rendah hati (tawadhu’) dan janganlah engkau bersikap sombong, sebab sombong
adalah pakaian Tuhan (hanya Allahlah yang berhak sombong). Janganlah engkau
berlaku sombong dan mencaci maki makhluk Allah yang lain, sebab Allah tidaklah
mencintai hamba yang sombong. Perlu engkau ketahui bahwasannya sombong akan
mendatangkan kebencian dan perseteruan. Bahkan dengan adanya sikap sombong yang
diiringi dengan sikap ujub (membanggakan diri), dapat menjadikan Allah murka
sehingga menimpakan ahzab kehancuran/ malapetaka pada kaum yang sombong. Allah
SWT berfirman dalam QS. Al Anbiya ayat 41:
وَلَقَدِ
ٱسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّن قَبْلِكَ فَحَاقَ بِٱلَّذِينَ سَخِرُوا۟ مِنْهُم مَّا
كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ
Dan sungguh telah diperolok-olokkan
beberapa orang rasul sebelum kamu, maka turunlah (kepada orang yang mencemohkan
rasul-rasul itu) azab yang selalu mereka perolok-olokkan. (Al-Anbiya 21:41)
Berdasarkan ayat tersebut (QS.
Al-Anbiya ayat 41) menunjukkan bahwasannya beberapa rosul sebelum Nabi Muhammad
SAW telah diperolok-olokkan oleh kaumnya ketika berdakwah mengajak pada yang
haq (kebenaran) dan meninggalkan yang batil (kemaksiyatan). Mereka menantang
Nabi agar Allah segera mendatangkan ahzabnya karena mereka tidak percaya akan
adanya ahzab Allah SWT yang disampaikan oleh para nabi. Karena kesombongan kaum
yang durhaka pada nabi-nabi terdahulu, maka Allah timpakan ahzab atas mereka.
Sebagaimana kaum Madyan (kaum Nabi
Syu’aib AS) yang mendapatkan ahzab karena tidak jujur dalam berniaga, mereka
berasumsi bahwa mengurangi timbangan adalah bentuk kelihaian dan kepandaian
dalam berdagang. Nabi Syu’aib AS mengingatkan mereka agar senantiasa jujur dan
adil dalam melakukan timbangan, tetapi mereka menentang Nabi Syu’aib AS. Maka
Allah SWT turunkan ahzab pada kaum Madyan berupa petir (suara) yang menggelegar
dan merekapun (kaum Madyan) binasa dengan bergelimpangan dalam rumahnya. Contoh
lain adalah kaum Nabi Nuh AS yang dibinasakan oleh Allah SWT karena
kedurhakaannya pada Allah dan Nabi Nuh AS. Saat Nabi Nuh AS mengajak kaumnya
untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyembah berhala, pemuda-pemuda kaum kafir
menentang Nabi Nuh AS dan memperolok-olokkan Nabi Nuh AS. Maka Allah SWT
turunkan Ahzab berupa banjir bandang yang melampaui gunung hingga kaum kafir
nabi Nuh AS binasa semua termasuk Kan’an (putra Nabi Nuh) jua binasa karena
kedurhakaannya pada Allah SWT dan ayahnya (Nabi Nuh AS).
Selain itu, jua bisa kita tengok
pada kaum Saba’ yaitu kaumnya Nabi Sulaiman AS. Kaum Saba’ terkenal dengan
kelihaiannya dalam bidang penghijauan termasuk mereka sudah menerapkan sistem
irigasi untuk pertaniannya, kawasannya subur dan penduduknya makmur. Namun ada
hal buruk dari mereka, kaum Saba’ menyembah matahari selain Allah, sebelum
mengikuti Nabi Sulaiman AS. Pada kaum Saba’ yang dzalim (kafir), Allah timpakan
bencana berupa banjir arim atau “Sail Al
Arim” yang menghancurkan lahan pertanian kaum Saba’ (yang merupakan sumber
pendapatan kaum Saba’) dan jua runtuhnya bendungan untuk irigasi mereka,
sehingga lahan pertanian mereka menjadi gersang dan tandus sebab berupa padang
pasir.
Di samping itu, Allah SWT jua
menurunkan ahzab pada kaum Aad. Kaum Aad adalah kaum Nabi Hud AS. Kaum Aad
tersohor dengan kemampuan mereka dalam berteknologi di bidang arsitektur dan
teknik sipil. Mereka (kaum Aad) membangun gedung-gedung besar bertingkat yang
menjulang tinggi sebagai pertanda kelihaian dan kecerdasan mereka dalam
berteknologi. Sayangnya kecerdasan dan keistimewaan yang mereka (kaum Aad)
miliki menjadikan mereka berlaku sombong, bengis, dan dzalim, sehingga mereka
mengingkari seruan dakwah Nabi Hud AS. Karena kedurhakaannya pada Allah SWT dan
Nabi Hud AS, Allah SWT turunkan ahzab (siksa) pada kaum Aad berupa angin
kencang (angin putting beliung) yang dingin dan sangat dahsyat selama 7 (tujuh)
malam dan 8 (delapan) hari sehingga memporak-porandakan kaum Aad yang ingkar
hingga mereka binasa dengan terkubur dalam pasir setebal sekitar 12 meter dari
tanah.
Selain itu, renungkanlah ahzab Allah
SWT yang ditimpakan pada kaum Tsamut. Kaum Tsamut adalah kaum Nabi Shaleh AS. Kaum
Tsamut mengingkari ajakan Nabi Shaleh AS yang mengajaknya untuk hanya menyembah
Allah SWT dan meninggalkan maksiyat. Namun kaum Tsamut menentang Nabi Shaleh AS
dan memperolok-olokkannya serta menganggapnya gila. Maka atas kedurhakaan
mereka (kaum Tsamut itu), Allah binasakan semua kaum Tsamut hingga tak ada yang
tersiksa kecuali Nabi Shaleh AS beserta orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Ahzab
yang Allah SWT berikan pada kaum Tsamut berupa petir dan halilintar yang
menyambar semua kaum Tsamut yang durhaka. Namun ada keanehan yang luar biasa
yang menunjukkan “Kekuasaan Allah SWT”
yakni Allah SWT membinasakan semua kaum Tsamut yang durhaka dengan bencana,
namun Allah SWT membiarkan bangunan-bangunan yang mereka bangun tetap kokoh
berdiri tidak hancur bersama kaum Tsamut. Maha Suci Allah, sungguh Dialah Allah
yang Maha Menyelamatkan pada siapa saja yang Dia (Allah) kehendaki dan
membinasakan pada siapa saja yang Dia (Allah) kehendaki.
Demikian pula dengan kaum kafir
Makkah yang memperolok-olok Nabi Muhammad SAW, maka Allah timpakan ahzab pada mereka
sebagaimana Allah menimpakan ahzab pada kaum nabi-nabi terdahulu yang durhaka
(kaum Aad, kaum saba, kaum madyan, kaum Nabi Nuh, kaum nabi Luth, dan kaum nabi
yang lain yang durhaka). Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mentaati
segala yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi larangan yang Allah SWT
perintahkan. Sungguh, ahzab Allah SWT teramat pedih, semoga Allah memberikan
hidayah dan pertolongannya pada kita sehingga kita termasuk golongan orang yang
selamat. Aamiin.
قُلْ مَن يَكْلَؤُكُم بِٱلَّيْلِ
وَٱلنَّهَارِ مِنَ ٱلرَّحْمَٰنِ ۗ بَلْ هُمْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِم مُّعْرِضُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang
dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari dari (azab Allah) Yang Maha
Pemurah?" Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati
Tuhan mereka. (Al-Anbiya 21:42)
Ayat tersebut (QS. Al-Anbiya 42)
menjelaskan bahwasannya tiada yang dapat menyelamatkan seorang makhluk dari
ahzab yang Allah SWT turunkan kecuali hanya Allah. Sesungguhnya Allah SWT
menurunkan ahzab pada orang-orang yang dzalim, sombong, lagi bertingkah
maksiyat. Maka jangan sekali-kali engkau menyembah pada selain Allah SWT
seperti menyembah berhala. Bahkan ketika ahzab Allah diturunkan, berhala yang
disembah manusia yang inkar pun turut hancur pada bencana Allah. Hal ini
membuktikan bahwa berhala tidak dapat menyelamatkan manusia. Terlebih berhala
(seperti patung) yang diciptakan oleh manusia. Mana mungkin Tuhan diciptakan
oleh manusia? Seorang yang berfikir (menggunakan akalnya) pasti akan merenung
bahwasannya “Tuhan itu yang menciptakan bukan yang diciptakan”, sehingga ia tidak mau menyembah berhala yang notabennya dibuat oleh manusia (makhluk). Maha Suci
Allah, Dialah Dzat yang Maha Menciptakan, Maha Menghidupkan lagi Maha
Mematikan.
أَمْ لَهُمْ ءَالِهَةٌ تَمْنَعُهُم مِّن دُونِنَا ۚ لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَ أَنفُسِهِمْ وَلَا هُم مِّنَّا يُصْحَبُونَ
Atau adakah mereka mempunyai
tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari (azab) Kami. Tuhan-tuhan itu
tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) mereka dilindungi
dari (azab) Kami itu? (Al-Anbiya 21:43)
Berdasarkan QS. Al Anbiya ayat 43
menunjukkan bahwa Tuhan-Tuhan yang disembah selain Allah (seperti berhala,
patung) itu tidak dapat menolong manusia yang menyembahnya dari ahzab (bencana)
yang Allah SWT timpakan pada mereka atas kedurhakaannya. Duhai insan yang
sempurna, diciptakan dengan akal. Gunakanlah akalmu untuk merenung, mana
mungkin Tuhan jua hancur saat bencana ada? Bukankah Tuhan seharusnya yang bisa
menyelamatkan hambanya dari bencana?. Sungguh suatu kebodohan yang teramat
nyata bila engkau menyembah berhala. Sebab saat banjir bandang, patung pun
turut hancur. Saat Angin topan, patung pun turut hancur. Saat malapetaka
datang, tidak sedikitpun berhala dapat menyelamatkanmu. Maha Suci Allah, Dialah
Rabb Semesta Alam. Tiada Tuhan kecuali Allah, Dialah satu-satunya Tuhan yang
berhak disembah.
بَلْ مَتَّعْنَا هَٰٓؤُلَآءِ وَءَابَآءَهُمْ حَتَّىٰ طَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْعُمُرُ ۗ أَفَلَا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِى ٱلْأَرْضَ نَنقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَآ ۚ أَفَهُمُ ٱلْغَٰلِبُونَ
Sebenarnya Kami telah memberi mereka
dan bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur
mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri
(orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah
mereka yang menang? (Al-Anbiya 21:44)
Ayat QS. Al Anbiya ayat 44 menunjukkan
bahwasannya dengan kemurahanNya, Allah SWT memberikan anugerahnya berupa
kenikmatan dunia dan umur panjang pada bapak-bapak mereka dan mereka, namun
sayangnya mereka (yang dianugerahkan kenikmatan dunia) lalai akan kenikmatan
yang Allah berikan dan mereka mengingkarinya serta durhaka pada Allah SWT dan
Nabi Muhammad SAW. Negeri yang mayoritas pendudukkanya kafir itu dianugerahi
tanah yang luas, namun karena kedurhakaannya, Allah kurangi luas negerinya
melalui penaklukan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para Sohabat. Lalu
apakah mereka mengira bahwa mereka akan menang?. Tidak, kemenangan Allah anugerahkan
pada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan kaum muslimin yang beriman. Demikianlah
cara Allah SWT mengurangi luas tanah yang dimiliki kaum kafir, yakni melalui
penaklukan atas orang-orang muslim.
قُلْ إِنَّمَآ أُنذِرُكُم بِٱلْوَحْىِ ۚ وَلَا يَسْمَعُ ٱلصُّمُّ ٱلدُّعَآءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ
Katakanlah (hai Muhammad):
"Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan
wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka
diberi peringatan" (Al-Anbiya 21:45)
Ayat tersebut (QS. Al Anbiya 45)
mengkaji bahwasannya Nabi Muhammad SAW adalah seorang utusan yang tugasnya
menyampaikan wahyu yang ia terima untuk disampaikan pada ummatnya. Wahyu itu
dari Allah SWT, bukan dari diri Nabi Muhammad SAW. Dikarenakan kaum kafir Makah
tidak mengindahkan seruan ajakan dari Nabi Muhammad SAW, maka mereka disamakan
dengan orang-orang yang tuli (orang yang tidak mendengarkan peringatan-peringatan
yang Rosulullah SAW sampaikan).
*****
Kaum muslimin-muslimat yang
dirahmati Allah SWT…J
Berdasarkan penjelasan tafsir QS. Al
Anbiya ayat 41-45 di atas memberikan hikmah pada kita agar kita senantiasa
bersikap rendah hati, tidak menyombongkan diri dan senantiasa taat pada
perintah Allah SAW serta menjauhi segala larangan Allah SWT. Janganlah kita
mendurhakai peringatan yang disampaikan oleh utusan Allah (Nabi Muhammad SAW)
sehingga mendatangkan murkanya Allah SWT yang mengakibatkan Allah SWT
menurunkan ahzabnya (siksanya) pada kaum yang durhaka. Begitu banyak pelajaran
yang dapat kita petik dari kisah-kisah ummat terdahulu yang binasa karena
mendurhakai para utusan Allah SWT seperti kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Luth, kaum
Madyan, dan kaum nabi lainnya yang mendurhakai Nabi. Sungguh, janganlah kita
berlaku sombong, sebab tatkala kesombongan bertasbih maka kehancuranpun
menanti. Allah tidak menyukai hamba yang sombong. Dan janganlah kita
berpura-pura tuli (tidak mengindahkan ajakan/ seruan para Rosul).
*****
UCAPAN
TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim
penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh
PP. Khozinatul Ulum sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Tafsir
Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau,
memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai
golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para
guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah
seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon
doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya,
dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk
menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan
semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga
dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru
penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis
mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri
yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna,
sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada
penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com.
Semoga bermanfaat.
Tiada yang lebih utama
dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin
lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang
lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.
REFERENSI:
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali. Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil Imam
Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al Anbiya
ayat 41-45. Halaman 31.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar