KEUTAMAAN
MENJAGA SHALAT
*****
Kajian
Kitab Majalisus Shaniyyah
Halaman
80
*****
Kebaikan seseorang
terletak pada bagaimana ia menjaga shalatnya. Orang yang bisa menjaga shalatnya
dengan baik dan menunaikannya tepat
waktu, in syaallah akhlaknya juga baik. Shalat adalah amalan yang pertama kali
di hisab kelak di hari kiamat. Sungguh betapa pentingnya menjaga shalat. Menunaikan
shalat tepat waktu berarti mentaati
perintah Allah SWT dengan baik. Menyia-nyiakan sholat berarti membangkang atas
perintah Allah SWT. Bukan hanya itu, melalaikan shalat bagi seorang yang
beragama islam termasuk dzalim yakni: 1) Dzalim kepada Allah/ durhaka kepada
Allah. Sebab tugas seorang hamba adalah taat pada Tuhannnya, bila melalaikan
perintahNya berarti durhaka padaNya, 2). Dzalim pada diri sendiri. Sesungguhnya
di dalam shalat terdapat beberapa doa untuk memohon keselamatan diri baik di kehidupan
dunia maupun di akherat. Apabila seseorang melalaikan solat berarti ia tidak
memohon keselamatan untuk dirinya sendiri 3). Dzalim pada orang lain sebab di
dalam doa ada hak orang lain (kaum muslimin dan muslimat) untuk didoakan.
Rosulullah SAW
bersabda: “Tiap-tiap langkah kaki yang
digunakan untuk menunaikan solat adalah sedekah”. Sesungguhnya mengukuhkan di dalam menghadiri
beberapa sholat jama’ah (solat berjama’ah) dan meramaikan masjid itu dapat
menambah pahala daripada solat di dalam rumah. Sholat berjama’ah mendapatkan
pahala 27 derajad, sementara sholat munfarid mendapatkan 1 pahala. Bila selisih
26, maka engkau pilih yang mana?. Tentu bagi orang yang beriman, lebih memilih
sholat berjama’ah daripada sholat munfarid. Ketika di hari kiamat nanti, akan
hadir suatu kaum yang berdiri di atas siraj (jalan), maka dikatakan kepada
suatu kaum yang melewati jalan supaya takut akan (siksa) neraka.
Malaikat Jibril
berkata: “Bagaimanakah caramu ketika
engkau melewati lautan/ samudra?”. Lalu dijawab: “Dengan menggunakan perahu.”. Maka diumpamakan bahwa orang yang
sholat berjama’ah dimasjid ketika melewati jembatan sirad seperti orang yang
naik perahu menyeberangi samudra.
Diriwayatkan oleh Anas
RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata: “Akan
dikumpulkan masjid-masjid di dunia. Sesungguhnya masjid-masjid di dunia itu
seperti unta besar yang berwarna putih yang kakinya berbau minyak anbar
(sejenis minyak dari surga), dan lehernya berbau minyak ja’far (jenis minyak
dari surga), dan kepalanya berbau minyak misik.”. Adapun para muadzin
(orang yang bertugas mengumandangkan adzan) akan menuntun unta (tersebut) dan
para imam (sholat berjama’ah) akan menggiring unta (tersebut). Adapun orang
yang menjaga sholat, akan turut serta berjalan menuju halaman kiamat. Dikatakan
oleh penduduk akherat, malaikat, dan para utusan bahwasannya orang yang menjaga
keistiqomahan sholat berjama’ah dengan tepat waktu, maka ia akan diakui sebagai
ummat Muhammad SAW. Diriwayatkan dari
Abi Hurairah RA bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Semakin banyak langkah berjalan menuju masjid di waktu malam (untuk
sholat), maka sesungguhnya orang tersebut menyelam ke dalam rohmat Allah SWT.”
Ketika di hari kiamat
nanti, akan diperintahkan orang yang menjaga shalatnya untuk masuk surga.
Beberapa golongan yang masuk surga adalah:
1. Golongan
orang yang seperti matahari, maka ditanya oleh malaikat: “Siapakah engkau?”. Lalu mereka menjawab: ”Sesungguhnya kita adalah orang yang menjaga sholat”. Lantas
malaikat bertanya: “Seperti apa engkau
menjaga sholat?”. Mereka menjawab: “Ketika
mendengarkan adzan, kita sudah berada di dalam masjid (maksudnya mereka
mendengarkan adzan di dalam masjid)”.
2. Golongan
orang yang seperti bulan di malam lailatul qodar, maka ditanya oleh malaikat: “Siapakah engkau?”. Lalu mereka menjawab:
“Kita adalah orang yang menjaga sholat”.
Lantas malaikat bertanya kembali: “Seperti
apa engkau menjaga sholat?”. Mereka menjawab: “Kita berwudhu sebelum waktu sholat tiba (waktu sebelum adzan tiba,
maksudnya wudhu mendekati waktu adzan tiba). Misalnya; a). Waktu adzan sholat
dzuhur pukul 12.00, maka golongan ini sudah wudhu sejak pukul 11.30, b). Waktu
adzan sholat asar pukul 15.00, maka golongan ini sudah wudhu sejak 14.45, c).
Waktu adzan sholat magrib pukul 17.50, maka golongan ini sudah wudhu pukul
17.30, d). Waktu sholat isya pukul 19.00, maka golongan ini sudah wudhu pukul
18.30, dan e). Waktu sholat subuh pukul 04.20, maka golongan ini sudah wudhu
pukul 04.00.
3. Golongan
orang yang seperti bintang, maka ditanya oleh malaikat: “Siapakah engkau?”. Lalu mereka menjawab: “Kita adalah orang yang menjaga sholat”. Lantas malaikat bertanya
kembali: “Seperti apa engkau menjaga sholat?”.
Mereka menjawab: “Kita berwudhu sebelum
adzan dikumandangkan”.
Allah SWT berfirman
bahwasannya ada 3 (tiga) golongan:
1. Golongan
yang mendzalimi diri sendiri yakni mereka yang sholat setelah waktu sholat
selesai. Contohnya: datang ke masjid untuk sholat berjama’ah ketika imam sudah
hampir salam, sholat mendekati waktu sholat telah habis.
2. Golongan
tengah adalah mereka yang masuk masjid (untuk sholat berjama’ah) setelah
mendengarkan adzan.
3. Golongan
awal (golongan paling mulia) adalah golongan yang masuk masjid ( untuk sholat
berjama’ah) sebelum adzan dikumandangkan.
Umar bin Abdul Aziz
berkata dalam firman Allah SWT bahwasannya golongan yang menyia-nyiakan sholat
adalah orang-orang yang menyia-nyiakan waktu sholat. Sebagaimana contohnya
orang yang menunaikan sholat menjelang waktu sholat habis. Misalnya; 1). Sholat
isya’ pukul 04.00 mendekati waktu sholat subuh, 2). Sholat subuh pukul 05.50
mendekati waktu sholat dhuha, 3). Sholat dhuhur pukul 14.30 mendekati waktu
sholat asar, 4). Sholat asar pukul 17.30 mendekati waktu sholat magrib, 5).
Sholat magrib pukul 18.30 mendekati waktu sholat isyak dan mendekati waktu
sholat magrib telah habis. Selain itu yang dimaksud orang yang menyia-nyiakan
sholat adalah orang yang mendengar adzan, namun tidak segera menunaikan sholat
berjama’ah.
Berdasarkan uraian di
atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya kita menjaga keistiqomahan sholat
tepat waktu terlebih solat berjama’ah. Sebuah perumpamaan, bila engkau
diperintah gurumu taat, maka gurumu akan senang padamu. Demikian pula bila
engkau taat pada perintah Allah SWT seperti rajin menunaikan sholat jama’ah
tepat waktu, maka Allahpun akan mencintaimu sebagaimana engkau jua
mencintaiNya. Bila menunaikan sholat jama’ah tepat waktu diberikan pahala
berupa surga, apakah engkau tidak mau masuk surga? Haruskan masuk surga
diperintah-perintah dulu?. Terkadang manusia itu unik, bagaimana tidak? Coba
kita renungkan. Tak usah jauh-jauh melihat orang lain, mari merenungkan diri
sendiri untuk kita perbaiki menjadi lebih baik. Kita dengan mudah menyatakan
kita takut akan siksa neraka, namun apa yang kita lakukan terkadang justru
durhaka pada Allah yang menjurus pada pilihan siksa neraka. Memang kesenangan
dunia dan kemaksiyatan itu terasa nikmat sehingga menggiurkan manusia, namun
dampaknya berupa ahdzab atau bahkan siksa neraka. Ataukah engkau memilih mengekang
nafsu dan mentaati perintah Allah walaupun sulit karena banyak godaannya, namun
kita ikhlas semata-mata untuk mencari ridho Allah?. Sesungguhnya surga dan
neraka adalah pilihan, tidak ada paksaan untuk memilih ke surga atau ke neraka.
Mau ke surga, cukup dengan mentaati segala perintah Allah SWT, mau ke neraka
cukup dengan durhaka dan membangkang pada perintah Allah SWT dan menjalankan
larangan Allah SWT.
Namun pada hakekatnya, bila
cintamu tulus ikhlas lilahi ta’ala yakni semata-mata mencari ridho Allah SWT.
Maka sholatmu, ibadahmu engkau lakukan dengan tulus sekalipun tidak diberi
hadiah berupa surga. Sebab puncak tertinggi yang engkau cari bukan surga
melainkan ridho Allah SWT. Golongan yang beribadah tanpa mengharap apapun
kecuali ridho Allah SWT dan mendapatkan rohmat Allah SWT adalah golongan yang beruntung. Sungguh cinta sejati
adalah ketaatan dan pengorbanan, termasuk mentaati segala yang Allah
perintahkan demi menggapai cinta illahi serta berkorban untk menjauhi segala larangan Allah sekalipun itu menggiurkan dan menyenangkan hati (nikmat duniawi). Semoga kita semua termasuk ke dalam
golongan yang mendapatkan hidayah Allah SWT, selalu dalam perlindungannya dan
mendapatkan rohmat Allah SWT sehingga kita termasuk dalam golongan orang-orang
yang beruntung. Aamiin.
*****
UCAPAN
TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim
penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh
PP. Khozinatul Ulum. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih pada Pak Khobir
selaku guru yang mengampu dalam kajian kitab Majalisus Saniyyah. Semoga Allah
swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang
umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang
beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan
rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat
memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis
senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di
sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga
kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita
nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga
dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis
serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis
mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri
yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna,
sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada
penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga
bermanfaat.
Tiada yang lebih utama
dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin
lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang
lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.
REFERENSI:
Syeh Ahmad bin Syeh Hajazi Al Fasani. Majalisus Saniyyah. Halaman 80. Surabaya:
Maktabatil Hidayah.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar