KEUTAMAAN
MEMBACA AYAT KURSI
*****
PART
II
*****
Dikutip
dari Kitab Khozinatul Asror page 126-127
Sebagaimana
telah saya jelaskan sebelumnya di artikel “Khasiyat
Ayat Kursi”, ayat kursi memiliki beberapa keutamaan. Melanjutkan halaman
kemarin, yakni kajian dari kitab Khozinatul Asror halaman 126-127. Ayat kursi
merupakan pimpinan ayat dalam ayat suci Al-Qur’an. Pada Bab ini akan dijelaskan
bahwasanya keutaman membaca ayat kursi adalah memperoleh kewibawaan.
Duhai
muslimin muslimat yang dirahmati oleh Allah SWT, sesungguhnya tiada kemuliaan
yang lebih mulia daripada kemuliaan di sisi Allah SWT. Mulia di hadapan manusia
belum tentu mulia di hadapan Allah. Dan yang paling mulia adalah mulia di sisi
Allah SWT jua mulia di mata manusia. Keagungan yang sesungguhnya adalah
keagungan menurut Allah SWT dan utusan-Nya (Rosulullah SAW). Keagungan yang
sejati adalah keagungan menurut Dzat yang Maha Berkehendak atas semua
makhluknya.
Terkadang
manusia mulia di hadapan manusia lainnya, namun hina di hadapan Allah.
Sebagaimana contohnya seorang publik figur wanita yang suka mengumbar aurotnya
(padahal haram mengumbar aurot selain pada yang halal memandangnya), ia
memiliki banyak fans dari lelaki mata keranjang namun ia hina di hadapan Allah
SWT kecuali ia bertaubatan nasuha sebelum ajal tiba sampai di tenggorokannya. Keagungan
menurut para ummat adalah milik para Nabi, Keagungan menurut para murid adalah
syeh. Sebagaimana contohnya, keagungan seorang syeh Toriqoh di mata jama’ahnya.
Keagungan menurut para murid adalah kepunyaan gurunya. Hal ini tiada lain
karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang murid dibandingkan
pengetahuan yang dimiliki gurunya, sehingga sudah sepantasnya ia memuliakan
gurunya.
Dan
apabila kecerdasan seorang murid menyamai kecerdasan seorang guru atau bahkan
melebihinya, maka hilanglah keagungan yang dimiliki oleh seorang guru. Namun
etika seorang murid yang mulia, kendatipun seumpama ia memiliki kecerdasan di
atas gurunya, ia senantiasa tetap tawadhu’ dan memuliakan gurunya sebab ia
sadar betul bahwa ia cerdas pun lantaran guru yang mengajarnya. Ia sadar
bahwasannya pada hakekatnya kecerdasan yang ia miliki itu anugerah yang Allah
berikan lantaran ilmu yang diajarkan oleh gurunya.
Sebagaimana
telah kusebutkan di atas bahwasanya salah satu khasiyat membaca ayat kursi
adalah memberikan kewibawaan pada seseorang. Keutamaan membaca ayat kursi
diantaranya memperoleh pahala dan memperoleh kedudukan di hadapan orang yang
dipimpinnya. Ayat kursi adalah lebih agung-agungnya ayat di dalam Al-Qur’an. Ayat
kursi terdiri dari 50 kalimat dan 170 huruf. Hal ini dicontohkan pada zaman
perang Thalut dan perang Badar, para kaum muslimin yang mengikuti perang
membaca ayat kursi sebanyak 313 kali, sehingga karena berkahnya membaca ayat
kursi kaum muslimin yang jumlahnya 313 orang dapat mengalahkan musuhnya yang
jumlahnya lebih banyak. Sesungguhnya Allah SWT memberikan keberkahan pada orang
yang membaca ayat kursi sebanyak 313 kali dengan mengabulkan permintaan orang
yang membaca ayat kursi sebanyak 313 kali tersebut (termaktub dalam kitab Khozinatul Asror halaman 126).
Apabila
seseorang menginginkan kewibawaan ada pada dirinya, memiliki keberanian
(ketegasan) dan disegani (disungkani) oleh pengikut atau bawahannya serta
bawahannya yang dipimpin mau taat pada perintahnya, maka bacalah ayat kursi
sebanyak 313 kali, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tafsir Al Qudsi. Berdasarkan
keterangan dari Abu Hurairah RA, Rosulullah SAW berkata: “Sesungguhnya puncaknya ayat di dalam Al Qur’an adalah QS. Al Baqoroh,
dan pimpinannya ayat (sayyidul ayat) di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi
sebagaimana termaktub dalam kitab Duril Mansur”.
Diriwayatkan
oleh Sa’id bin Mansur, Imam Hakim dan Imam Baihaqi dari Abi Hurairah RA, Rosulullah
SAW berkata “Di dalam QS. Al Baqoroh
terdapat pimpinannya ayat-ayat di dalam Al Qur’an yakni ayat kursi. Apabila
ayat kursi dibacakan di dalam rumah, maka syetan yang ada dalam rumah tersebut
akan pergi meninggalkan rumah tersebut sebagaimana tertera dalam kitab Duril
Mansur”.
Rosulullah
SAW pernah berkata pada para sohabat, “Apakah
lebih utama-utamanya ayat di dalam Al Qur;an?”. Ali bin Abi Tholib
menjawab, “Lebih utama-utamanya ayat di
dalam al qur’an adalah ayat kursi”. Lantas Rosulullah SAW berkata: “Hai Ali, sesungguhnya pemimpin ummat
manusia adalah Nabi Adam AS, pemimpin bangsa Arab adalah Muhammad (aku),
pemimpin bangsa Persia adalah Salman, Pemimpin bangsa Roma adalah Suhaib,
Pemimpin bangsa Habasah (Ethiopia Eropa) adalah Bilal, dan pemimpin gunung
adalah bukit Sinai, dan pemimpin pepohonan adalah pohon Sidoro, dan
pemimpin bulan adalah bulan Muharam, dan pimpinan hari (sayyidul ayam)
adalah hari Jum’at, dan pimpinan nasehat (kalam) adalah Al Qur’an, dan
pimpinannya ayat di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi. Barangsiapa membaca ayat
kursi sebanyak 50 kali (sebagaimana jumlah kalimat dalam ayat kursi itu sendiri
yakni 50 kalimat), maka akan mendapatkan 50 keberkahan sebagaimana dijelaskan
dalam kitab Jami’us Shogir”.
Barangsiapa
membaca ayat kursi maka ia akan memimpin baik tatkala di dunia maupun nanti di
akherat. Barangsiapa menginginkan kemuliaan baik di hadapan Allah SWT maupun di
hadapan manusia, maka bacalah ayat kursi setiap hari sebanyak 50 kali (sebagaimana
jumlah kalimat yang terdapat pada ayat kursi itu sendiri yakni 50 kalimat) atau
sebanyak 170 kali (sebagaimana jumlah huruf dalam ayat kursi itu sendiri yakni
170 huruf), maka engkau dapat memimpin nafsumu (mengendalikan nafsumu) dari
sifat-sifat tercela yang tidak kau inginkan sebagaimana termaktub dalam kitab
Khowas.
Rosulullah
SAW bersabda bahwa “Lebih utama-utamanya
surat di dalam Al Qur’an adalah surat Al Baqoroh, dan lebih uatma-utamanya ayat
di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi. Sebab turunnya ayat kursi, diturunkanlah
surat Al Baqoroh dari bawah Arsy”.
Diriwayatkan
oleh Wake’ dan Abu Daril Harwi dari Taisir RA, Rsoulullah SAW berkata: “Ibnu Abbas minta diberitahu bahwasannya lebih utama-utamanya surat di dalam Al Qur’an adalah QS. Al Baqoroh
dan lebih utama-utamanya ayat di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi”. Suatu
yang sangat disayangkan, terkadang orang yang tidak mengerti khasiyat ayat
kursi mengamalkan membaca ayat kursi, namun justru orang yang mengerti khasiyat membaca ayat
kursi tidak mengamalkan ilmunya yakni tidak membaca ayat kursi.
Syeh
Muhammad Haqi An Nadzili (pengarang kitab Khozinatul Asror) menyebut dirinya
sebagai Al fakir dengan kerendahan hati. Ia berkata “Semoga Dzat yang Maha Berkuasa memberikan kebagusan padaku dari membaca
ayat kursi yang kuhadiahkan/ kutujukan kepada Nabi Muhammad SAW”. Maka Syeh
Muhammad Haqi An Nadzili pun bermimpi bertemu dengan Rosulullah SAW di dalam
roudhoh yang suci, lantas Rosulullah SAW berkata “Lebih utama-utamanya ayat di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi”.
Sungguh
berdasarkan pemaparan di atas yang diambil dari kitab Khozinatul Asror, sungguh
begitu mulia keutamaan dari membaca Ayat Kursi. Maka hendaklah bagi kaum
muslimin terlebih yang sudah mengetahui keutamaan membaca ayat kursi, untuk
senantiasa mengamalkan membaca ayat kursi dengan niatan yang lurus bahwasannya
segala sesuatu terjadi atas kehendak Alllah SWT melalui perantara salah satunya
dengan membaca ayat kursi sebanyak 50 kali atau 170 kali atau sebanyak 313
kali. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian. Tulisan ini ditulis oleh penulis sebagai bentuk takdim
seorang murid kepada gurunya, wabil khusus kepada Abah KH. Muharor Ali selaku
pengasuh sekaligus guru yang mengajarkan kitab Khozinatul Asror pada para
santri. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik
dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki
diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan
Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah.
Aamiin.
Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga
dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru
penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis
mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri
yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna,
sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada
penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga
bermanfaat.
Tiada yang lebih utama
dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin
lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang
lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.
REFERENSI:
Syeh Muhammad Haqi An Nadzili. Kitab Khozinatul Asror. Bab Sebab Turunnya Ayat Kursi. Halaman
126-127.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar