KADO
DAN CINTA HALIMAH
Setiap orang tentu
memiliki rasa cinta terhadap orang-orang yang dicintainya. Demikian halnya
dengan Halimah. Sebagaimana layaknya manusia, Halimahpun memiliki rasa cinta. Siapakah
orang yang paling Halimah cintai?. Well…let me tell you about everyone whom I
love. Orang-orang yang Halimah cintai adalah:
1.
Rosulullah
SAW
Halimah
memang tak pernah bertemu Rosulullah, tapi nggak tahu mengapa mendengar kata
Rosulullah, hati Halimahpun bergetar. Ada cinta, ada rindu yang sangat besar
untuk berjumpa beliau. Halimah mengenal kata “Rosulullah” sejak kecil, sejak Bapak sering mendongeng tentang
sosok Rosulullah SAW. Halimah sangat kagum dan sangat mencintai Rosulullah SAW.
Rosulullah SAW adalah sosok yang lemah lembut, santun, jujur, dapat, dipercaya,
dan penyayang terhadap wanita. Beliau adalah aktivis dakwah dunia nomor satu,
yang tak hanya memikirkan diri sendiri bahkan seluruh ummatnya di dunia. Halimah
tak bisa membayangkan begitu baiknya Rosulullah. Mungkin bila Halimah hidup di
zaman Rosulullah SAW, Halimahpun langsung jatuh hati padanya melihat kemuliaan
akhlaknya dan kesantunannya.
“Ya Rosulullah…
Halimah kadang penasaran, juga
nggak bisa membayangkan, Halimah benar-benar kagum denganmu ya Rosulullah.
Engkau sungguh lelaki yang soleh, panutan seluruh ummat islam di dunia. Ada
yang melempari wajahmu dengan kotoran unta, tapi engkau tidak membalasnya.
Bahkan ketika orang tersebut sakit, engkau adalah orang pertama yang
menjenguknya dan membawakannya makanan hingga orang tersebut tersentuh hatinya,
terharu hingga masuk islam. Sungguh akhlakmu begitu mulia ya Rosulullah. Ya
Rosulullah, Halimah rindu, akankah kelak di akherat engkau mau mengakui Halimah
sebagai ummatmu ya Rosulullah?? Halimah banyak dosa ya Rosulullah, Halimah juga
tak sebaik Rosulullah, tapi Halimah sangat mencintai Rosulullah dan selalu
berusaha memperbaiki diri walaupun tak sehebat para mukminin dan mukminah.
Ya Rosulullah…
Ya Rosulullah, Halimah kawatir
kelak di akherat engkau memalingkan wajahmu dan tak mau mengakui Halimah
sebagai ummatmu. Ya Rosulullah…Halimah tak sebaik engkau yang memiliki
keberuntungan dan langsung dimasukkan surga. Halimah tak tahu, akankah matiku
nanti khusnul khotimah ataukah su’ul khotimah. Halimah khawatir bila matiku
su’ul Khotimah. Itulah alasan Halimah kenapa Halimah tak mau taqlid ataupun
ikut campur pada urusan orang lain kecuali membantu dalam kebaikan. Karena
Halimah sadar, dosa Halimah sudah banyak, entah dosa terhadap orang-orang
ataupun dosa terhadap binatang dan tumbuhan. Ya Rosulullah, Halimah tak
mengharap surga karena Halimah sadar…Halimah tak pantas mendapatkan surga juga
tak kuat bila tinggal di neraka. Namun demi cintaku ya Rosulullah, bertemu
denganmu sudah Alhamdulillah…bertemu pada yang dicintainya adalah puncak dari
puncak kerinduanku ya Rosulullah.
Ya Rosulullah…
Halimah sangat mencintai dan
mengagumimu, ya Rosulullah. Engkau adalah teladan yang luar biasa. Engkau
adalah yatim piyatu sedari kecil. Ayahandamu meninggal saat Engkau dalam
kandungan. Ibundamu meninggal saat engkau berusia 6 tahun, dan kakek yang
mengasuhmupun meninggal saat engkau berusia 8 tahun. Engkau hidup diatas
kemandirian tanpa perhatian orangtua kandungmu, tapi engkau begitu tegar ya
Rosulullah. Sedari kecil engkau sudah yatim piyatu, namun engkau adalah sosok
yang luar biasa penyayang, penolong dan lemah lembut. Ya Rosulullah, aku
sangat-sangat mencintaimu sedari kecil sejak dongeng tentang engkau merasuk di
telingaku…Aku mencintaimu ya Rosulullah SAW. Itulah mengapa sedari dulu aku
sangat mencintai yatim piyatu, karena Engkau (orang yang sangat aku cintai)
juga yatim piyatu.
Ya Rosulullah, Halimah sangat
sayang dengan yatim piyatu sebagaimana Halimah mencintaimu Ya Rosulullah.
Halimah selalu menyisihkan uang menang lomba, uang kerja untuk Halimah bagikan
pada yatim piyatu secara rutin diam-diam ya Rosulullah. Halimahpun tak tahu,
ini kekuatan apa. Ketika bertemu yatim piyatu, rasa syukur Halimah bertambah
dan rasa cinta Halimah terhadap mereka kian bertambah. Tak jarang Halimah
terharu bahkan air mata berjatuhan. Halimah kagum dengan yatim piyatu ya
Rosulullah, mereka bisa tegar walau tanpa kasih sayang orangtua, walau tanpa
belaian manja dan perhatian orangtua…meskipun sejujurnya merekapun ingin
merasakan indahnya diperhatikan, dimanja, dibelai orantua ya Rosulullah. Halimah
pernah berdiri, lalu mendongeng dihadapan anak-anak yatim piyatu ya Rosulullah,
mereka tersenyum, ngikutin Halimah, dan kita nyanyi solawatan bersama-sama. Dan
mereka begitu riang seolah tanpa beban saaat begitu antusiasnya mendengarkan
kisah yang Halimah ceritakan. Halimah bahagia melihat mereka tersenyum ya
Rosulullah.
Ya Rosulullah…
Halimah didongengin Bapak, tentang
kisahmu yang luar biasa. Ya Rosulullah, Halimah yakin apapun yang engkau pinta,
pasti Allah kabulkan. Engkau tak pernah makan hingga kenyang, engkau pernah
tidur di atas pelepah kurma, engkau pernah makan daun-daunan saat diboikot kaum
quraisy, engkau pernah kesulitan dan hidup dalam kemiskinan. Halimah
mencintaimu ya Rosulullah, saat Halimah tidur di kasur, kadang Halimah
bertanya:
“Ya Rosul, dulu engkau pernah tidur
di atas pelepah kurma, sedangkan Halimah ini tidur di kasur, maafkan aku ya
Rosulullah. Maafkan atas kelancanganku yang melebihimu, padahal aku begitu
mencintaimu”.
Saat Halimah makan enak, Halimahpun
sering bertanya dalam benak Halimah.
“Ya Rosulullah, engkau pernah
menderita saat diboikot kaum kafir hingga engkau makan daun-daunan. Maafkan aku
yang lancang makan enak ya Rosulullah, Ya Rabb limpahkan rasa syukur padaku
atas nikmat dan rahmad yang engkau berikan ya Rabb, ya Tuhanku”.
Ya Rosulullah…
Aku (Halimah) sangat mencintaimu. Engkau
pernah hidup dalam kemiskinan. Halimah sangat mencintaimu, sebagai wujud
cintaku padamu. Sejak kecil Halimah menyayangi fakir miskin dan dhuafa. Sejak
kecil emak mengajarkan Halimah untuk mencintai dhuafa dan fakir miskin. Halimah
tahu, orangtua Halimahpun dari keluarga tak mampu tapi kami selalu bersyukur
atas rahmadmu. Dari kami yang tak memiliki rumah, berteduh-teduh di emperan
rumah orang selepas kelahiran Halimah, lalu hingga usia 5 tahun engkau karuniakan
gubug pada keluarga Halimah (dengan tanah numpang milik tetangga), lalu saat
usia 5 tahun engkau karuniakan gubug tua di kampung milik Bapak Halimah
sendiri. Walaupun rumah keluarga Halimah buruk, tapi Halimah sangat bersyukur
ya Rabb, dari yang dulunya tak memiliki rumah engkau karuniakan kami rumah.
Namun, di atas kemiskinan kami tidak pernah pelit. Aku belajar dari Emak, saat
ada pengemis yang datang ke rumah, Emak selalu memberikan uang ataupun beras
segelas bahkan tanpa rasa risih, Emak mengajak pengemis itu makan di rumah
sembari disuguhkan segala makanan yang Emak punya sama seperti sayur dan lauk
yang aku makan. Halimah sayang Emak ya Rabb, Halimah sayang Fakir miskin sebab
Halimah pernah merasakan kemiskinan, Halimah mencintai Rosulullah dan
Rosulullahpun pernah hidup dalam kemiskinan. Ya Rabb jadikan Halimah insan yang
senantiasa bersyukur dan memiliki kepedulian terhadap keluarga dan kaum dhuafa,
fakir miskin, serta yatim piyatu.
Ya Rosulullah…
Halimah pernah didongengin Bapak,
bahwa engkau pernah menjabat sebagai kepala negara. Halimah ingin meneruskan
jejakmu ya Rosulullah, Halimah ingin menjadi pejabat negara yang mementingkan
hajad orang kecil, yang menumpas KKN, yang pro terhadap rakyat meneruskan
jejakmu ya Rosulullah. Karena aku mencintaimu dan aku prihatin apabila ada
pejabat yang kurang peduli terhadap orang kecil, apalagi orangtua Halimahpun
orang kecil.
2.
Sayyidah
Aisyah RA dan Sayyidah Khodijah RA
Sayyidah Khodijah adalah sosok yang Halimah cintai
dan Halimah idolakan sejak Halimah kecil. Halimah mengagumi beliau, Halimah
mencintai beliau. Beliau wanita suci yang disebut sebagai At-Thahiriyah, beliau taat rosulullah, beliau penyayang dan
penyabar. Beliau mendukung jejak Rosulullah dalam berdakwah. Beliau kaya raya
namun dermawan. Beliau rela mengorbankan harta, pikiran dan jiwanya untuk
Tuhannya dan suami tercinta. Beliau menemani Rosulullah dalam suka dan duka.
Beliau istri yang solekhah dan setia. Ya Sayyidah Khodijah, Halimah ingin
meneladani kesantunan akhlakmu saat nanti Halimah berkeluarga, Halimah ingin
taat pada suami dan menemaninya dalam suka dan duka.
Halimah sejak kecil didongengin Bapak tentang
keanggunan Akhlakmu, ya sayyidah Khodijah RA. Tak hanya itu, beliau (Sayyidah
Khodijah RA), juga sosok wanita karir yang mandiri, kaya raya dan membantu
perjuangan Rosulullah. Beliau pengusaha wanita yang kaya raya. Halimah ingin
meneladani beliau, menjadi pengusaha wanita sukses yang kaya raya. Dengan
memiliki industri, maka halimah akan membantu orang-orang dalam mencari pekerjaan karena dengan membuka lapangan pekerjaan berarti Halimah mengurangi
angka pengangguran. Halimah sadar, Halimah dari keluarga tak mampu…maka untuk
mendapatkan modal usaha, Halimah harus bekerja terlebih dahulu. Setelah modal
terkumpul dan cukup barulah mendirikan usaha yang besar. Halimah yakin ya Rabb,
segalanya mungkin bagimu. Maka mungkinkanlah Halimah untuk menjadi pengusaha
kaya raya. Aamiin.
Sayyidah Aisyah RA adalah istri kesayangan
Rosulullah SAW setelah wafadnya sayyidah Khodijah RA. Sayyidah Aisyah memiliki
jiwa leadership tinggi, terbukti ia sebagai panglima perang. Sayyidah Aisyah
adalah sosok yang lemah lembut, cerdas dan cantik jelita. Bahkan karena
kecantikannya, engkau memanggilnya Khumairah. Bahkan karena kecerdasannya,
beliau meriwayatkan banyak hadismu ya Rosulullah. Ya Rosulullah, Halimah ingin
menjadi multitalenta layaknya istrimu tercinta, baginda sayyidah Aisyah RA.
Mengapa daridulu Halimah ingin menjadi wanita yang cerdas dan multitalenta
sejak Halimah SD kelas 1? Karena Halimah sadar untuk memajukan islam butuh
ilmu. Halimah ingin menjadi wanita berilmu dan mengamalkan ilmunya. Halimah
ingin menjadi wanita yang berilmu dan berakhak layaknya istrimu sayyidah Aisyah
RA yang cerdas dan berakhlak.
3.
Emak
dan Bapak dan Adek Halimah
Orang yang paling Halimah cintai sejak kecil adalah
Emak dan Bapak Halimah. Karena mereka adalah orang pertama yang ingin Halimah
muliakan dan Halimah bahagiakan. Itulah mengapa sejak kecil, Halimah selalu
rajin membantu Emak dan Bapak. Sedari SD, Halimah rajin membantu Emak ngarit di
sawah sepulang sekolah di Madrasah. Sejak SD, aku selalu merenung untuk
mengubah nasib keluargaku melalui ilmu. Itulah alasan, mengapa aku ingin
menjadi bintang kelas. Karena satu cara yang bisa kulakukan untuk melukis
senyum dan kebahagiaan untuk Bapak dan Emak adalah berprestasi.
Dari kecil, Halimah sudah terbiasa hidup keras. Tiap
pagi bangun pukul 04.00, mengaji sebentar, lalu belajar sebentar dan membantu
Emak memasak seperti mencuci piring, memetik sayuran, memotong bumbu-bumbu,
memarut kelapa, dll. Lalu setelahnya menyapu, mandi, sarapan barulah berangkat
sekolah. Hingga SMA, Halimah dan Afida (adek Halimah) tumbuh di atas
keprihatinan dan jiwa yang sangat mencintai orangtua, membantunya, dan
memuliakannya. Alhamdulillah tiap pagi- siang Halimah bisa menikmati sekolah
SD, lalu sorenya bisa menikmati sekolah sore di madrasah. Halimah selalu
berprinsip antara umum dan agama harus seimbang. Itulah alasannya mengapa
Halimah kecil selalu berusaha, bila di SD selalu juara satu, maka di
madrasahpun Halimah menjadi juara satu.
Alhamdulillah, sejak SD Halimah sering mendapatkan
hadiah lomba baik dari madrasah, dari sekolah, maupun dari pemerintah. Bila
hadiah itu berupa barang, maka hadiah itu Halimah bagi dua, sebagian untuk
Halimah dan sebagian untuk Adek. Bila hadiah itu berupa uang, uang itu Halimah
bagi 4, untuk Halimah, Adek, Emak dan Bapak. Hal itu berlanjut hingga SMP dan
SMA. Alhamdulillah dari prestasi itulah, Halimah sering mendapatkan hadiah baik
berupa uang maupun barang, setidaknya rizki itu bisa Halimah bagi-bagi pada
orang-orang yang Halimah cintai. Karena Halimah kecil belum bisa kerja, bisa
menghasilkan uang hanya melalui prestasi, maka Halimah berusaha untuk
berprestasi agar bisa berbagi dan bisa melukis senyuman di hati orang-orang
yang Halimah cinta.
Ketika mendapatkan hadiah lomba berupa uang dari
prestasi, biasanya Halimah membelikan perabot dapur untuk Ibu seperti toples,
panci, dll. Terkadang halimah belikan bibit padi bila musim hujan. Halimah
survey terlebih dahulu, halimah amati kebutuhan Emak apa saja yang Emak tak mampu
membelinya, itu Halimah lakukan sejak SD. Seperti saat musim hujan, Emak mau
membeli bibit padi namun tak ada uang, daripada hutang maka Halimah belikan
bibit padi. Emak butuh layar untuk menjemur gabah, sedangkan emak tak punya
uang maka Halimah dan Afida membelikannya (dari uang nabung kami dan uang hadiah) ketika hari Ibu. Halimah sangat
mencintai Emak, maka sebisa mungkin Halimah meringankan Emak sejak kecil.
Meringankan emak dengan membantu emak, tiap pagi,
siang, sore dan saat bersama Emak rupanya sudah menjadi kultur (budaya) yang
mendarah daging bagiku dan bagi Afida (adekku). Kami bahu membahu untuk
membantu Emak. Halimah akui, sejak SD Halimah bisa sekolah karena Beasiswa, SD
mendapatkan beasiswa tak mampu dan hadiah prestasi dari pemerintah. Waktu itu
yang dipanggil di kecamatan hanya beberapa orang, alhamdulillah Halimah
terpilih. Saat SMP, Halimah jua mendapatkan beasiswa prestasi dan beasiswa tak
mampu. SMA pun sama. Berprestasi adalah alat bagiku untuk menyenangkan hati
orangtua sekaligus bisa membantu meringankan beban orangtua.
Kebiasaan yang seringkali kulakukan adalah memberikan kejutan
kado-kado sesuai kebutuhan Emak itu berlanjut dari SD, SMP, SMA hingga kuliah.
Emak, adek, dan Bapak adalah orang pertama yang ingin kubahagiakan. Sebagaimana
ketika SD hingga SMA, saat kuliahpun sama, aku berkomitmen untuk menjadi
mahasiswa berprestasi. Dari uang juara lomba-lomba itulah aku berbagi. Aku
belajar managemen waktu dengan baik agar aku tak keteteran karena aku harus
kuliah, bekerja, berorganisasi, dan lomba sejak semester 1 di perkuliahan hingga lulus. Alhamdulillah
hampir setiap menang lomba, uang itu bisa kugunakan untuk berbagi. Managemen
keuangan itu penting agar antara pengeluaran dan pemasukan seimbang. Nah, uang
juara itu aku bagi menjadi 4 bagian, bagian pertama untuk diriku (untuk
kebutuhanku), bagian kedua untuk kutabung, bagian ketiga untuk sodaqoh yatim
piyatu atau dhuafa, bagian ke empat untuk aku berikan ke Emak, Bapak dan Adek.
Sehingga Halimah, keluarga, dan juga kaum yang membutuhkan (yatim piyatu dan
dhuafa) pun jua turut merasakan kebahagiaan Halimah. Meskipun Halimah berbagi,
Halimah tak pernah merasakan kekurangan, justru selalu mendapatkan nikmat dari
Allah.
Halimah sukanya diam-diam, survey dan langsung
memberikan hadiah biasanya. Ada kejadian konyol yang pernah terjadi. Suatu
ketika tepat semester 5 kalau nggak salah, Halimah memberikan kado untuk Emak,
Bapak, Adek, dan sodaqoh yatim. Di toko baju, Halimah melihat batik bagus,
kainnya halus, warnanya unik dan baju yang kulirik itu terlihat paling bagus.
Terbesitlah untuk membelinya, kukira itu cocok untuk aku kasih ke Emak. Emak
aku belikan baju, Adek aku belikan sarung dan jilbab, Bapak aku belikan sarung,
dan guruku aku belikan sarung sebagai hadiah dan rasa cintaku dari hasil kerja
kerasku sendiri. Semua kado sudah kubungkus rapi, kudistribusikan sesuai
orangnya. Kau tahu apa…semuanya senang baik Bapak, adek, maupun guru. Yang Emak
ketawa ngakak….karena baju yang bagus yang aku berikan Emak ternyata
kekecilan…haha. Maklum, aku nggak tahu ukuran baju Emak, hanya mengira-ngira
saja, ternyata presiksiku salah. Akhirnya baju itu diberikan nenek.
Halimah jua melihat Emak tak memiliki HP, maka
Halimah belikan HP untuk Emak, Halimah titipkan teman. Hal yang paling
terkesan, kalau memberikan Hadiah yang umum jadi nggak pakai size…nanti
kekecilan atau kebesaran lagi…hoho. Ketika wisuda kemarin, Halimahpun berusaha
menyenangkan hati kedua orangtua Halimah. Halimah berusaha lulus tepat 4 tahun
sesuai permintaan Emak, Halimah belikan adek Halimah jilbab-jilbab, dan apa
yang diinginkan, Halimah belikan Bapak sarung, Halimah berikan uang 200 ribu
untuk Emak tandur, Halimah sewakan taksi untuk berangkat wisuda. Uang itu
sengaja Halimah sisihkan dari kerja Halimah tiap hari baik uang ngelesin, uang
jadi translator, uang dari usaha, dll. Biar gaji Halimah tak gedhe kalau
berbagi in syaallah berkah. Halimah belikan buku religi untuk Bapak. Tepat 12
November 2016, rasanya prihatin melihat kitab-kitab dan buku-buku yang
jumlahnya sangat banyak sekali dimakan rayap, terlebih kitab-kitab. Dari rasa
prihatin itu, akhirnya uang yang kusisihkan kubelikan almari dan kuberikan
Bapak dan adek agar mereka bisa menyimpan kitab dengan aman. Apalagi kitab kan
sumber ilmu. Rasanya pas melihat mereka senyum, hati Halimah senang. Emak,
Bapak dan Adek adalah orang yang Halimah cintai, ketika melihat mereka bahagia,
Halimah turut Bahagia. Dan yang membuat Halimah senang, pas menyambangi
yayasan, pengelola yayasan menyambut Halimah dengan welcome dan senyum. Sekali
lagi aku katakan, anak-anak yatim piyatu adalah anak-anak hebat yang pernah
Halimah temui, mereka tumbuh dewasa tanpa kasih sayang ataupun perhatian dari
orangtua. Semoga kelak menjadi orang-orang yang hebat ya dek. Aamiin.
Halimah mencintai memberikan hadiah atau kejutan
diam-diam dengan tiba-tiba langsung memberi pada orang yang halimah cintai
karena sesungguhnya hadiah mendekatkan rasa cinta dan hadiah menghindarkan
kebencian. Seperti kata Nabi Muhammad SAW:
تَهَادُوْا، فَإِنَّ الْهَدِيَّةَ تَُذْهِبُ بِالسَّخِيمَةِ
“Saling
menghadiahilah kalian karena sesungguhnya hadiah itu akan mencabut/menghilangkan
kedengkian.” (HR. Ibnu Mandah, lihat pembahasannya dalam Irwa`ul Ghalil, 6/45,
46)
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)
“Siapapun
yang memuliakan emak dan Bapakku maka akupun akan memuliakannya. Karena Emakku
adalah surgaku, di telapak kakinyalah surgaku berada. Karena ridho hatinya maka
ridho Tuhanku jua. Siapapun yang menyakiti hati kedua orangtuaku, maka ia
menyakiti hatiku jua sebagaimana Rosulullah SAW dan Sayyidah Fatimah RA. Siapa
yang membahagiakan Sayyidah Fatimah RA, maka ia jua membahagiakan Rosulullah
SAW. Dan siapa yang menyakiti Sayyidah Fatimah RA, maka ia jua menyakiti
Rosulullah”.
Bahkan untuk urusan apapun, aku berusaha mencari
ridho Emak, karena ridho Emakku adalah ridho Tuhanku. Siapakah orang yang ingin
aku muliakan dan aku bahagiakan di dunia ini sebelum dhuafa dan yatim piyatu?
Mereka adalah orang yang ingin kubahagiakan pertama kali adalah Emak, Bapak, dan
Adekku. Golden dreamku adalah memuliakan keduaorangtuaku, adekku, dan yatim
piyatu beserta dhuafa.
Bahkan untuk menerima seorang yang kelak menjadi
imam hidupku selamanya (suami). Halimah meminta pertimbangan Emak, seandainya
kog dia bisa memuliakan keluargaku dan menerima keluargaku apa adanya dan
membahagiakannya maka aku terima cintanya. Namun bila sebaliknya,, ia tak bisa
menerima dan membahagiakan keluargaku (hanya mencintaiku saja namun tak
mencintai keluargaku), maka aku akan menolaknya. Aku sangat mencintai,
memuliakan, dan sangat ingin membahagiakan keluargaku. Kebahagiaan Emak adalah
kebahagiaanku jua.
Emakku adalah madrosah pertamaku. Emakku adalah
wanita hebat pencetak prestasiku atas izin Allah. Emak yang mengandungku selama
9 bulan, Emak rela gendut demi hamil aku, rela gendong beban di perutnya
kemana-mana demi Halimah. Emak menyusui Halimah hingga usia 2 tahun. Emak
memandikan Halimah, nyuapin Halimah, ngajarin Halimah berdiri, dan sebagainya.
Emak juga guru pertama Halimah. Emak yang ngedidik Halimah ngaji Al Qur’an,
berjanjen, solawatan, dll. Emak yang ngajarin Halimah berhitung dan membaca. Ketika Halimah
kritis selama empat bulan, Emak yang merawat Halimah, menyuapi, menuntun, melakukan
apapun demi Halimah. Lalu apa balasan Halimah kalau bukan berbhakti dan
membahagiakannya. Kalaupun kebaikan Emak dihitung, Halimah tak mampu
menghitungnya saking banyaknya. Terimakasih Emak, jasa Emak sangat begitu
besar. Halimah nulis ini, air mata Halimah tanpa sadar berjatuhan. Ya Rabb
muliakanlah keduaorangtuaku sebagaimana ia mengasihiku. Limpahkanlah rizki yang
berkah dan halal untuknya. Panjangkanlah umurnya hingga cucu-cucunya kelak
dewasa. Jadikanlah kedua orangtuaku sebagai golongan orang-orang yang
beruntung, orang yang engkau cintai dan engkau tempatkan di jannahMu.
Golden dream yang pengen Halimah capai dalam waktu
dekat 2-3 tahun sebelum Halimah menikah adalah Halimah ingin membangunkan rumah
yang layak untuk Emak dan Bapak. Itulah alasan kenapa Halimah pengen sukses
berkarir karena Halimah ingin memuliakan dan membahagiakan Emak dan Bapak.
Halimah tak ingin, di masa tua Emak dan Bapak banting tulang kerja kasar angkat
beban berat. Halimah pengen di usia tua, kedua orangtua Halimah, mereka bisa
hidup santai menikmati Hari tuanya, sedangkan kebutuhan ekonomi Halimah yang
mencukupinya. Sudah saatnya Halimah memberi kebutuhan primer Emak dan Bapak,
dari kecil kan mereka sudah memberikan kebutuhan primer Halimah. Halimah
pengen, di usia tua Emak dan Bapak, Emak kubikinkan toko, rumah yang layak, dan
bisa menikmati hari tuanya dengan nyaman (ngaji dan ibadah serta santai di hari
tuanya). Bismillah semoga menjadi kenyataan. Aamiin ya Rabb.
Man
Jadda wa Jada
Yakin
in syaallah berhasil, karena Allah Maha memungkinkan segala sesuatu dan Allah
membagi sesuatu berdasarkan kadar usaha hambanya.
Yakinlah
bahwa di balik kesulitan ada kemudahaan.
Everything
is possible with Allah through Ikhtiar…J