KIPRAH HALIMAH SEBAGAI PENGGERAK MOTIVASI DAN PRESTASI
ANAK UNTUK MAJUKAN LITERASI MADRASAH DI MTS KHOZINATUL ULUM BLORA
*****
Oleh: Dewi Nur
Halimah, S.Si
Guru Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Khozinatul Ulum Blora
*****
Dewi Nur Halimah
atau akrab disapa dengan panggilan Halimah lahir pada 7 April 1994. Ia adalah
putri sulung dari pasangan suami istri Masdari dan Mahzunah. Pemudi Blora itu
adalah alumni Universitas Diponegoro (UNDIP) dari jurusan Biologi angkatan 2012
dan lulus 2016 dengan IPK 3,76. Halimah merupakan GTT di Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Khozinatul Ulum Blora yang mengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
Berbincang soal
literasi, sebagai duta pustaka Kabupaten Blora tentu menarik perhatian Halimah
untuk turut serta mengambil peran dalam memajukan literasi daerah. Perlu diketahui
bahwa budaya menulis di Indonesia masih tergolong lemah. Budaya menulis yang
rendah diawali dengan minat baca yang juga rendah. Hal itu lantaran minat baca
sangat berpengaruh bagi minat menulis seseorang. Orang yang senang membaca
mempunyai persentase menulis lebih besar daripada yang
minat bacanya rendah. Ide dari seseorang menulis umumnya bersumber
dari apa yang dialami langsung dan apa yang dia baca, jika salah satunya tidak
ada maka untuk menuju ke arah suka menulis itu menjadi kecil kemungkinannya,
apalagi menuju menjadi penulis yang berkualitas.
Berdasarkan data UNESCO, persentase minat baca Indonesia sebesar 0,01 persen. Artinya dari
10.000 orang, hanya satu saja yang memiliki minat baca (membaca dalam
keseriusan tinggi). Belum lagi data dari study “Most Littered National In The
Word” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada maret 2016 yang menyatakan
bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal
minat baca.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia
yakni menduduki peringkat ke-3 setelah China dan India dalam hal kepadatan
penduduk. Ironisnya jumlah penduduk yang padat tidak berbanding lurus dengan
kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia.
Kualitas SDM
Indonesia masih tergolong rendah, hanya beberapa yang memiliki kapasitas
mumpuni dan ahli dalam bidangnya. Kualitas SDM Indonesia juga tercermin dari
jumlah minat baca penduduk Indonesia. Bila kita telusuri, minat literasi di
Indonesia masih terbilang sangat rendah. Bila dibandingkan dengan negara lain
di dunia, budaya membaca di Indonesia jelas tertinggal jauh. Bahkan Indonesia
tidak termasuk dalam 10 besar negara yang selama ini lebih maju dalam soal
melek huruf. Hal ini terbukti bahwa di Indonesia angka bermain lebih tinggi
dari pada angka membaca. Berdasarkan data Programme for International
Student Assessment (PISA) 2012, Indonesia juga berada di peringkat 60
dengan skor 396 dari total 65 peserta negara untuk kategori membaca. Sementara
skor rata-rata internasional yang ditetapkan PISA adalah 500. Di negara Asia
Tenggara, kemampuan terbaik literasi membaca dipegang Singapura yakni di
peringkat ke-3 dengan skor 542. Adapun Malaysia ada di atas Indonesia dengan
peringkat 59 dengan skor 398.
Rendahnya minat
baca masyarakat Indonesia, salah satunya juga terjadi di wilayah Kabupaten
Blora, Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Blora (DPK), jumlah pengunjung perpustakaan mengalami kemerosotan. Jumlah
pengunjung perpustakaan pada Agustus 2017 mencapai 10.624 jiwa. Pada bulan
September 2017 menjadi 12.828 jiwa, dan bulan Oktober meningkat menjadi 14.557
jiwa. Namun pada bulan November 2017, jumlah pengunjung perpustakaan menurun
drastis menjadi 6.247 pengunjung dan pada bulan Desember 2017 menurun menjadi
6.133 pengunjung. Rendahnya angka jumlah pengunjung perpustakaan ini
menunjukkan rendahnya minat baca masyarakat Kabupaten Blora. Jumlah minat baca
yang di bawah 20.000 jiwa ini cukup rendah persentasenya bila dibandingkan
total jumlah penduduk kabupaten Blora sebanyak 848.369 jiwa yang terdiri dari
417.582 jiwa laki-laki dan 430.787 jiwa perempuan.
Minat baca yang
rendah pun juga dapat dilihat di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Khozinatul Ulum
Blora. Hanya segelintir anak (sekitar 10-20 anak dari ratusan anak) yang
memiliki motivasi tinggi untuk membaca. Kendati demikian, masih ada beberapa
anak yang rutin menyambangi perpustakaan sekedar untuk memperluas wawasan.
Rendahnya minat baca anak di MTs Khozinatul Ulum Blora disebabkan oleh
fasilitas sekolah yang kurang memadai dikarenakan oleh keterbatasan dana
Yayasan. Sehingga sekolah MTs (Madrasah Tsanawiyyah) dan MA (Madrasah Aliyah)
yang satu atap dan seharusnya memiliki perpustakaan sendiri-sendiri,
perpustakaannya hanya satu dan digabung. Jadi antara anak MTs dan MA Khozinatul
Ulum Blora apabila ke perpustakaan harus bergantian. Padahal waktu istirahat
sangat singkat, sekitar 15 menit. Terkadang hal ini membuat anak enggan pergi
ke perpustakaan karena untuk meminjam
buku antrinya sangat lama.
Selain faktor rasa
malas yang menjadi penyebab rendahnya minat baca anak, faktor sarana dan
prasarana juga sangat penting untuk diperhatikan. Perlu adanya peran serta
pemerintah untuk membantu meningkatkan minat baca anak, khususnya anak-anak di
lingkungan Yayasan Khozinatul Ulum Blora termasuk di MTs Khozinatul Ulum Blora,
dengan memfasilitasi buku-buku dan sarana yang diperlukan anak agar tertarik
untuk membaca. Beberapa faktor yang mendorong anak enggan membaca di
perpustakaan diantaranya; kondisi fasilitas perpustakaan yang belum memadai
dengan buku-buku yang tersedia di perputakaan belum lengkap, ruangan
perputakaan MTs - MA yang masih digabung, sistem pelayanan perpustakaan yang
belum mampu menarik minat baca anak, dan juga kesempatan anak membaca masih
terbatas. Perlu diketahui bahwasannya anak-anak pondok yang juga sekolah pagi
(baik di Madrasah Tsanawiyyah maupun di Madrasah Aliyyah), mayoritas menghabiskan
waktunya untuk mengaji, jadi ketika ada waktu senggang sedikit mereka akan
lebih tergiur untuk bermain dalam rangka menghibur diri (refreshing) daripada membaca. Jadwal anak-anak pondok sangatlah
padat, dari pagi hingga siang mereka sekolah pagi, siang hingga sore mereka
sekolah madrasah diniyyah sore, malamnya mengaji hingga larut malam, bahkan
waktu belajar pun sangat minim, tergantung pandai-pandainya anak menyempatkan
waktu senggangnya yang singkat untuk belajar.
Bukan hanya itu,
untuk mandi dan makan, anak-anak harus antri bahkan ada beberapa anak yang tak
sempat sarapan langsung sekolah. Alhasil, ketika istirahat mereka memanfaatkan
waktunya untuk jajan dan membeli sarapan sehingga mereka tidak sempat
berkunjung ke perpustakaan untuk membaca. Hal ini sangat maklum, mengingat
padatnya jadwal sekolah dan jadwal pondok. Meskipun demikian, berdasarkan
pengalaman Halimah selama mengajar sekitar 4 tahun hingga saat ini di
Khozinatul Ulum Blora, masih ada beberapa anak yang semangatnya tinggi untuk
belajar.
Berdasarkan latar
belakang tersebut, Halimah yang juga merupakan guru di MTs Khozinatul Ulum
mendorong anak untuk memiliki minat baca dan tulis yang tinggi. Pada
hakekatnya, gerakan persuasif budaya literasi yang Halimah lakukan tiada lain
dilatarbelakangi oleh rendahnya angka minat baca dan tulis anak-anak di MTs Khozinatul Ulum Blora. Halimah turut
prihatin akan kondisi tersebut dan mengambil andil untuk memajukan minat baca
dan tulis anak-anak di MTs Khozinatul
Ulum Blora melalui “Gerakan Literasi
Madrasah (GELISAH)”. Strategi Halimah untuk menarik anggota agar anak-anak
MTs (Madrasah Tsanawiyah) Khozinatul Ulum Blora tertarik untuk bergabung
mengikuti bimbingan menulis adalah dengan memberikan teladan pada siswa-siswi
bahwa gurunya yang mendirikan bimbingan menulis juga memiliki minat baca dan
tulis yang tinggi.
Sebelum mengubah minsed anak-anak agar memiliki minat
baca dan tulis yang tinggi, Halimah telah menyusun beberapa strategi:
1.
Memberikan teladan
rajin membaca
Ada
istilah Jawa yang berbunyi:
“Guru iku digugu lan ditiru”
(Guru itu didengarkan perintahnya dan
diteladani sikapnya)
Pepatah Jawa tersebut bukanlah sembarang kata
melainkan mengandung sebuah filosiofi yang dalam tentang guru bahwasannya apa
yang dilakukan guru berpengaruh pada anak didiknya. Hal ini mengingat guru
adalah teladan bagi anak yang dicontoh sikap dan tutur katanya. Oleh karena
itu, di keseharian Halimah yang berprofesi sebagai guru juga rajin membaca baik
membaca artikel, buku, kitab maupun bacaan lainnya.
2.
Memberikan teladan
gemar menulis
Untuk mengajak anak-anak agar mau mengikuti dan
melakukan ajakan kita, strategi terbaik adalah dengan memberikan bukti nyata
berupa teladan sikap maupun karya. Kata tanpa bukti (teladan) adalah omong
kosong sebab orang akan lebih percaya pada bukti daripada sekedar perkataan.
Maka dari itu, sebelum mengajak dan mensosialisasikan bimbingan menulis, Halimah
telah memberikan teladan berupa:
- Dewi Nur
Halimah yang merupakan pembimbing “Gerakan
Literasi Madrasah (GELISAH)” memberikan teladan pada siswa dengan
berhasil menerbitkan 15 buku ber-ISBN.
b. Halimah merupakan
duta pustaka Kabupaten Blora yang juga duta Rumah Baca Alky
Selain menjadi guru di MTs Khozinatul Ulum Blora,
Halimah adalah duta pustaka di Kabupaten Blora yang menggerakkan pemuda untuk
membaca di lingkungan wilayah Kabupaten Blora. Selain itu, ia juga didapuk
sebagai duta baca di Rumah Baca Alky. Ini bisa menjadi inspirasi bagi anak
didik untuk rajin membaca dan menulis agar bisa meniru jejak gurunya.
3.
Memberikan teladan
prestasi
Prestasi Halimah dari SD hingga SMA adalah ia selalu
mendapatkan peringkat pertama di kelas. Saat SD, ia terpilih sebagai siswa
teladan yang mewakili sekolahnya, menjuarai lomba pidato, dan cerdas cermat.
Saat SMP, Halimah mendapatkan peringkat 3 paralel. Saat SMA ia pernah menjuarai
lomba pidato dan lomba cerdas cermat. Ia
juga dinobatkan sebagai juara paralel II jurusan IPA di SMA N 1 Tunjungan.
Prestasi itu pun kian berlanjut hingga di bangku perkuliahan. Prestasi yang Halimah
raih saat menjadi mahasiswa diantaranya; juara 1 lomba Tilawah Loketa Tingkat UNDIP
2013, Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional SIPPI “Semarak Inovasi
Perkembangan Pertanian Indonesia” 2013 di IPB, Juara 2 Lomba Tutorial Hijab
2013 dalam “International Hijab Day” di UNDIP, Juara 2 Lomba Tilawah 2014
Tingkat UNDIP, Juara 1 Lomba Sociopreneur Tingkat Nasional Healt in Campus di
UI pada tahun 2014, Lolos PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan)
2013 didanai tahun 2014, Juara 3 Lomba
Teknik Terapan RRI Semarang 20154, Delegasi UNDIP dalam FORBIMINAS (Forum
Bidikmisi Nasional) 2014 sebagai delegasi UNDIP, Mendapatkan Gold Medal dalam
IYIA (International Young Inventors Award) 2015, Lolos PKM-P (Program
Kreativitas Mahasiswa- Penelitian) 2014 didanai tahun 2015, Lolos PKM-M
(Program Kreativitas Mahasiswa- Pengabdian) 2014 didanai tahun 2015, Lolos
Lomba Hibah Penelitian Mahasiswa 2015, Lolos pendanaan lomba PMW (Program
Mahasiswa Wirausaha) 2015, dan sederet prestasi-prestasi lainnya pada saat
kuliah. Lalu prestasi yang ia raih saat menjadi guru sejak 2017 adalah ia
dinobatkan sebagai “Best Inspiring Woman 2018” versi Tabloid Pendidikan
Indonesia Edisi Februari-Maret 2018, juara 1 lomba Autobiografi Nasional 2018,
juara 2 Best Inspiring Women 2018
versi JMF (Jama’ah Muslim FISIPOL) UGM, dan didaulat sebagai duta baca
Kabupaten Blora 2018-2019, Finalis Lomba Karya Ilmiah Santri dalam HSN 2019,
delegasi satu-satunya guru dalam Guru Menulis Buku Keliling Nusantara 2019, Juara
Harapan 1 Lomba Karya Ilmiah Guru Madrasah Teladan Nasional oleh LP Ma’arif NU
Jateng 2019, menerbitkan 10 ISBN buku selama 2020-2021. Dengan
prestasi-prestasi tersebut menjadi kekuatan Halimah untuk mengajak anak-anak
agar tertarik bergabung mengikuti bimbingan menulis untuk meniru jejak gurunya.
Mengubah kebiasaan
anak-anak yang malas membaca menjadi rajin membaca tentu bukanlah hal mudah.
Apalagi bila mengajak anak-anak agar bisa menggulirkan karya sastra dan ilmiah,
tentu bukanlah hal mudah sehingga dibutuhkan kinerja yang ekstra dan strategi
yang bagus untuk memicu anak agar terangsang membaca dan menulis. Maka dari
itu, sebelum mengadakan bimbingan dan pelatihan penulisan karya sastra dan
ilmiah, Halimah memberikan motivasi berupa video atau menceritakan kisah-kisah kesuksesan seorang tokoh pada
anak-anak MTs (Madrasah Tsanawiyah) Khozinatul Ulum Blora. Beberapa langkah
yang Halimah lakukan sebelum melakukan bimbingan diantaranya:
1.
Memberikan
motivasi berupa video motivasi kisah sukses para pejuang dan menceritakan
kisah-kisah sukses orang yang rajin membaca dan menulis, selalu berusaha, dan
pantang menyerah termasuk juga mencontohkan kisah Halimah agar mereka lebih
percaya serta terpicu untuk meraih mimpi-mimpinya seperti para pejuang sukses
yang dilihatnya di video serta yang didengarnya dari cerita Halimah.
2.
Memberikan
trik-trik agar menjadi sang juara yang prestatif dan berakhlak.
3.
Melatih
dan membimbing anak rutin tiap sepekan sekali
.
4.
Mengikutsertakan
karya anak dalam ajang perlombaan tingkat pelajar dan mendorong anak untuk
menulis buku.
Banyak anak yang
menyambut baik hadirnya bimbingan menulis. Hal tersebut mulai terlihat dari
tanggapan positif anak-anak yang mendaftar mengikuti kegiatan tersebut dan
antusiasme anak mengikuti bimbingan. Satu persatu anak-anak mulai berdatangan,
dan dari tiga orang, lalu pesertanya menjadi 12 orang hingga pesertanya kini
telah lebih 30 orang. Perubahan sikap
dari anak-anak melalui proses yang cukup lama dari yang acuh terhadap belajar
hingga menjadi anak yang kreatif dan berprestasi.
Sembari bimbingan,
untuk menjalin kedekatan dengan anak biasanya Halimah selingi dengan memutar
musik kesukaan anak agar anak tidak merasa jenuh. Selain itu, kegiatan yang
dilakukan untuk memacu semangat anak dalam meningkatkan budaya literasi baca
tulis adalah memotivasi anak untuk aktif mengikuti lomba. Terlebih sekarang
hampir tiap bulan selalu ada lomba, baik lomba yang berkaitan dengan akademik
(seperti lomba karya tulis, lomba cerpen, lomba puisi, lomba esai, dll). Selain
itu, Halimah juga memaparkan beberapa keuntungan bila anak mengikuti lomba
seperti:
1.
Dengan
mengikuti lomba akan melatih kita rajin membaca sehingga wawasan kita semakin
luas.
2.
Mendapatkan
jaringan yang luas dengan teman-teman baru yang ditemui di perlombaan.
3.
Membanggakan
kedua orangtua serta membawa nama baik sekolah.
4.
Mendapatkan
hadiah kalau menang sehingga bisa ditabung ataupun untuk membeli hal-hal yang
kita sukai secara mandiri tanpa meminta orangtua.
5.
Lebih
dekat dengan guru terutama pembina dan pembimbing lomba.
Halimah terinspirasi
untuk mengembangkan dan meningkatkan minat baca tulis anak-anak di MTs
Khozinatul Ulum Blora karena Halimah melihat adanya potensi yang besar dari
anak-anak, hanya saja sebagian besar dari mereka dikalahkan oleh rasa malas. Halimah
berani mengatakan demikian karena saat ia menghadiri “Pengajian Akbar
Peringatan Maulid Nabi”, ia melihat adanya bakat-bakat cemerlang anak apabila
dikembangkan, mulai dari pidato bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Indonesia,
rebana semua ada di sini, tinggal mengembangkan dan merubah kebiasaan anak yang
malas menjadi lebih giat dalam berlatih dan membaca. Halimah yakin, ke depan
anak-anak yang turut bergabung dalam bimbingan menulis dapat mewujudkan mimpi
demi mimpinya dengan ikhtiar mereka yang luar biasa pantang menyerah dan terus
mencoba. Memulai memanglah sulit, begitulah yang terlintas dibenak Halimah saat
pertama kali merintis bimbingan menulis. Namun ketika sudah berjalan, semua
berjalan dengan lancar dan baik.
Alhamdulillah,
bimbingan menulis yang Halimah rintis atas persetujuan Kepala Madrasah MTs
Khozinatul Ulum Blora semakin hari semakin banyak peminatnya, anak-anak yang
tertarik untuk mengikuti bimbingan pun semakin bertambah jumlahnya. Kendala
yang penulis temui selama membimbing anak-anak diantaranya; a) Keterbatasan
jumlah komputer yang tersedia untuk browshing
materi yang diperlukan dalam pembuatan esai dan karya tulis, sehingga untuk
penulisannya anak harus bergantian antara satu dan yang lainnya. b) Buku-buku
pendukung materi anak masih belum memadai dan kurang, perlu adanya
tambahan buku yang sesuai dengan materi
yang diperlukan anak. c) Kenyamanan ruang yang tidak gaduh agar anak bisa
konsentrasi berkarya. Namun semua kendala tersebut dapat Halimah siasati dengan
memberikan motivasi pada anak agar anak tetap memiliki minat baca dan tulis
yang tinggi serta semangat mengukir prestasi meskipun di tengah keterbatasan
sarana dan prasarana madrasah. Keterbatasan komputer, penulis siasati dengan
pembuatan jadwal gantian penggunaan komputer. Buku-buku referensi yang tidak
lengkap, penulis substitusi dengan mengajarkan anak agar mendownload sumber
referensi dari jurnal melalui browshing.
Alhamdulillah
bimbingan menulis memberikan hasil yang cukup memuaskan pada anak-anak yang
mengikuti bimbingan. Prestasi-prestasi anak-anak bimbingan diantaranya:
1.
Membuat
buku Antologi Puisi karya anak kelas VIII (Delapan) MTs Khozinatul Ulum
Blora.
2.
Diliput
Wartawan dalam musikalisasi puisi sosialisasi buku karya anak MTs 2018.
3.
Buku
Antologi ditulis 4 siswa (Mauladi Pratama, Nur Salam, Luhtfia Nisfi Mahabbah,
dan Rohmatul Mar’ati Hidayah.
Antusiasme anak
mengikuti bimbingan kian bertambah seiring dengan prestasi anak yang semakin
meningkat sehingga mendorong anak yang belum mengikuti bimbingan tertarik untuk
mengikuti bimbingan. Prestasi demi prestasi diraih oleh anak binaan, hingga
proses yang telah dilalui, diharapkan dapat berkelanjutan. Tidak hanya berbasis
small change, namun mampu membawa
perubahan yang lebih baik dan signifikan bagi dunia pendidikan. Bukti kecil ini
tidak hanya untuk memberikan semangat dan melibatkan diri dalam program
“Memajukan Pendidikan Indonesia”. Namun lebih bagaimana mengisnpirasi anak untuk lebih giat membaca
dan menulis sehingga menjadi anak yang unggul dan prestastif serta berdaya
saing tinggi. Halimah sadar bahwa salah satu kompetensi guru bukanlah hanya
menjadi guru berprestasi saja tetapi juga mencetak generasi yang berprestasi (memberdayakan
murid untuk berkarya). Guru abad 21 harus kreatif, inovatif, dan solutif dalam
memecahkan masalah-masalah yang dijumpai di lapangan saat mengajar. Jadikan
masalah dan keterbatasan sebagai langkah inovatif untuk menemukan solusi. Bergerak
bersama majukan dunia pendidikan Indonesia.