UMMU SYURAIK GHAZIYAH BINTI JABIR AD DAUSIAH, PELOPOR EMANSIPASI WANITA DALAM MENYATAKAN CINTA
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah
*****
BIOGRAFI UMMU SYURAIK GHAZIYAH
Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah adalah istri dari Abul Akr. Ketika islam tiba, Ummu Syuraik dan suaminya masuk Islam dan memilih Islam sebagai agama yang dipeluknya. Namun pilihan Ummu Syuraik Ghaziyah dan suaminya ditentang keluarga sang suami.
Bila sekarang, memeluk agama adalah suatu kebebasan sebagai kepercayaan masing-masing tiap individu yang dijamin oleh undang-undang, sehingga wajib saling toleransi. Lain halnya dengan dulu dimana saat Islam baru pertama kali datang. Begitu seseorang memilih memeluk Islam, maka akan disiksa dengan penyiksaan yang berat oleh kaum kafir agar si pemeluk Islam murtad lantas kembali pada agama nenek moyang. Sungguh, perjuangan Islam saat pertama kali itu luar biasa penuh pengorbanan baik pengorbanan tenaga, harta, pikiran, jiwa, raga, bahkan nyawa.
Hal serupa pun dialami oleh Ummu Syuraik Ghaziyah. Dimana saat ia memutuskan memeluk Islam, ia disiksa oleh kaum kafir dari keluarga suaminya. Bahkan ia dijemur dibawah terik matahari selama 3 hari tanpa sedikitpun diberi minum. Penyiksaan dengan tujuan agar iman Ummu Syuraik melemah lantas menyerah dan meninggalkan Islam untuk kembali memeluk agama si kafir. Pada hari ketiga penyiksaan, dimana kondisi Ummu Syuraik sangat lemah karena dehidrasi tanpa diberi minum, kaum kafirin memaksa Ummu Syuraik Ghaziyah meninggalkan Islam, namun Ummu Syuraik Ghaziyah memilih tetap berpegang teguh pada Islam.
Di saat Ummu Syuraik Ghaziyah sangat letih, penyiksaan demi penyiksaan ia terima. Tiba-tiba datang pertolongan dari Allah swt berupa datangnya timba yang berisi air yang dapat Ummu Syuraik minum dan beliau percikkan ke kepala, wajah, dan pakaian beliau. Ya, air dari Allah swt yang bergantung antara langit dan bumi. Timba air dari Allah swt yang terletak di antara langit dan bumi itu mendekati Ummu Syuraik sebanyak 3 kali hingga beliau dapat meminumnya dan merasa segar. Kemudian Ummu Syuraik juga memercikkan air dari timba itu ke kepala, wajah, dan pakaian beliau.
Melihat Ummu Syuraik Ghoziyah tampak segar, tidak letih dan pucat serta wajahnya basah, bajunya penuh percikan air, maka kaum kafirin pun menuduhnya telah mengambil air mereka.
"Wahai Ummu Syuraik Al Ghaziyah, wahai musuh Allah, darimanakah kamu memperoleh air ini?" tanya seorang dari kaum kafirin.
Ummu Syuraik Al Ghoziyah menjawab, "Sesungguhnya musuh Allah adalah orang yang menentang agama-Nya, bukan aku melainkan kalian. Adapun air ini adalah dari Allah. Dia menganugerahkannya kepadaku."
Mereka pun tidak percaya dengan jawaban Ummu Syuraik Ghaziyah bahwa itu air kiriman dari Allah swt. Lantas mereka mengecek seluruh tempat air mereka, mereka menjumpai tak ada sedikitpun tempat air mereka yang berkurang dan masih utuh.
Mereka takjub akan peristiwa Ummu Syuraik Ghaziyah, dari sinilah hidayah Allah swt berikan. Para kaum kafirin yang memusuhi Ummu Syuraik Ghaziyah bersaksi dan bersedia saat itu juga memeluk Islam sebagai agamanya. Akhirnya mereka semua memeluk Islam dan bergabung dengan Rosulullah saw.
Mereka pun mengatakan: "Kami bersaksi bahwa Tuhanmu adalah Tuhan kami juga dan sesungguhnya Dzat Yang Memberimu Rizki di tempat ini setelah kami siksa adalah Dzat yang telah mensyari'atkan Islam."
ASAL MUASAL TURUNNYA QS. AL AHZAB: 50
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ إِنَّآ أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَٰجَكَ ٱلَّٰتِىٓ ءَاتَيْتَ أُجُورَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ مِمَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّٰتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَٰلَٰتِكَ ٱلَّٰتِى هَاجَرْنَ مَعَكَ وَٱمْرَأَةً مُّؤْمِنَةً إِن وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِىِّ إِنْ أَرَادَ ٱلنَّبِىُّ أَن يَسْتَنكِحَهَا خَالِصَةً لَّكَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۗ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِىٓ أَزْوَٰجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُهُمْ لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
"Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al - Ahzab Ayat 50)
Ayat di atas turun berkenaan dengan seorang wanita yang menyerahkan dirinya untuk dinikah/diperistri Nabi Muhammad saw. Beberapa ahli tafsir, hadits, dan biografi seperti Imam Ibnu Katsir, Imam Al Wahidy, dan Imam Al Suyuthi sepakat bahwa wanita yang dimaksud dalam surat Al Ahzab ayat 50 adalah Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah. Seorang mufasir, Ibnu 'Asyur menyebutkan bahwa wanita yang menyerahkan diri untuk dinikah Nabi Muhammad saw ada 4 jumlahnya yakni Maimunah binti Al Harits, Zainab binti Khuzaimah, Khaulah binti Hakim Al Sulamiyyah, dan Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah. Dua orang pertama yakni Maimunah binti Al Harits, dan Zainab binti Khuzaimah dinikah nabi dan menjadi bagian dari istri Nabi Muhammad saw. Sedangkan dua lainnya yakni Khaulah binti Hakim Al Sulamiyyah dan Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah tidak dinikah Nabi Muhammad saw. Perlu diketahui sebagai catatan bahwa Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah menawarkan diri untuk dinikah Nabi Muhammad saw ketika beliau dalam kondisi janda, suaminya sudah wafat.
Dari sini kita, khususnya para muslimah belajar bahwa emansipasi wanita sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. Dimana pada waktu itu, budaya arab adalah lelaki yang menyatakan hendak menikahi wanita dulu, tetapi oleh lima perempuan yakni Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, Sayyidah Maimunah binti Al Harits, Sayyidah Zainab binti Khuzaimah, Sayyidah Khaulah binti Hakim Al Sulamiyyah, dan Sayyidah Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah, mereka menyatakan cintanya terlebih dahulu pada Nabi Muhammad saw dan bersedia untuk dinikah. Di sini terdapat kesetaraan, bukan hanya lelaki saja yang boleh menawarkan diri untuk menikahi wanita, tetapi seorang wanita pun boleh menawarkan diri untuk dinikahi lelaki yang dicintainya tanpa menunggu lelaki itu terlebih dahulu menyatakan hendak menikahinya.
Dari sini kita belajar, sebagai perempuan yang meneladani ummul mukminin. Jika kau jumpai lelaki soleh, berilmu, berakhlakul karimah yang bertanggung jawab yang in syaAllah siap menjadi imam yang menafkahi dzahir batin, engkau diperbolehkan untuk menawarkan diri untuk dinikahinya jika ia berkenan. Tapi perlu diingat, meminta untuk dinikah bukan menyatakan cinta untuk berpacaran. Menikah adalah ibadah yang diridhoi Allah swt, sedangkan pacaran adalah perbuatan mendekati zina yang diharamkan Allah swt. Cinta sejati ditempuh dengan jalan halal bukan dengan maksiyat pada Allah swt. Jangan mengajak pacaran, tapi ajaklah menikah jika sudah siap ilmu, mental, dan ekonomi untuk menikah. Jadi kalian para wanita, ketika engkau sudah siap umur menikah, mencintai lelaki soleh cerdas berkhlakul karimah, kalian boleh menyatakan cinta dahulu dan memintanya untuk dinikahinya apabila berkenan. Dan ketika menikah, niatkan menikah untuk beribadah semata-mata meraih ridho Allah swt. Dapat disimpulkan bahwa meminta lelaki yang kita cintai untuk menikahi kita bukanlah hal tabu, hal memalukan yang norak karena para ummul mukminin pun telah memberikan teladan. Hal yang memalukan, tabu, dan norak adalah bangga maksiyat tanpa malu justru dipertontonkan seperti pacaran bahkan zina hingga hamil dan melahirkan anak hasil perzinaan. Semoga rahmat Allah swt untuk para muslimah yang menjaga muru'ahnya dengan menjaga keteguhan hati untuk menta'ati syari'at Islam yang ditetapkan Allah swt. Aamiin.
SUMBER REFERENSI:
Ibnu 'Asyur, Thahir. At-Tahrir wa At-Tanwir, Al Maktabah Asy Syamilah.
Thabaqat Ibnu Sa'ad, VIII: 154-155.
Umairah, Abdurrahman. 2021. Tokoh - Tokoh yang Diabadikan dalam Al Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.
CATATAN:
Semoga tulisan ini menginspirasi. Tulisan ini penulis hadiahkan pada orangtua penulis wabil khusus ibunda tercinta yakni ibu Mahzunah dan ayahanda tercinta Bapak Masdari beserta para guru madrasah penulis maupun ustads, ustadzah, dan kiahi penulis. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam tulisan ini, semua kekurangan karena kurangnya ilmu al faqir Halimah binti Masdari. Dan segala kebenaran datangnya dari Allah swt. Semoga kisah kisah tauladan ini semakin dikenal dan dicintai masyarakat terlebih Umat Muslim di dunia. Besar harapan penulis agar cinta ummat muslim pada ummahatul mukminin melebihi gandrungnya para pemuda pada budaya barat maupun korea. Sebab kelak saat di yaumil qiyamah yang kita harapkan adalah syafaat dari rosulullah saw dan khusus wanita, kita akan sangat mengharap syafa't dari ummul mukminin kita yakni Sayyidah Fatimah Az Zahra Wal Batul. Berhati-hatilah dalam mencintai (gandrung) sebab para pecinta kelak di akherat akan dikumpulkan dengan yang dicintainya. Bila mencintai ahli maksiyat, naudzubillah bila dikumpulkan dengan ahli maksiyat yang disiksa, sedangkan kita tidak ikut maksiyatnya hanya karena cinta. Maka cintailah orang orang soleh, ulama, sohabat Nabi, dan Nabi beserta ahlul bait. Semoga keberkahan menyelimuti hari-hari kita dari dunia hingga akherat.
Salam,
Dewi Nur Halimah
(Halimah Az Zahra)