HALIMAH BINTI MASDARI

Senin, 10 Februari 2025

DARI KATA MENJADI LUKA (Part 2)

 DARI KATA MENJADI LUKA

 (Part 2)

Catatan Dewi Nur Halimah 



Dari tahun Januari 2019 - April 2023, aku mengenal sosok seorang bapak yang baik banget, namanya Bapak Khusnul Maat. Selain beliau berpendidikan, beliau juga khusnul lisan. Kalau bicara motivatif, menginspirasi dan enak didengar. Beliau salut dan kagum dengan segudang prestasiku. Beliau juga selalu mendukung karya-karyaku. Beliau sering bertukar pikiran diskusi denganku, dan beliau selalu takjub dengan pola pikirku. Jika ada yang kurang beliau lengkapi dari diskusiku. Beliau juga mengemukakan belum pernah menemukan perempuan yang pola pikirnya seperti aku, mengagumkan, cerdas, mandiri, pekerja keras tapi tetap sederhana dan rendah hati. 

Jujur hatiku tersentuh, bagaimana tidak. Selama ini aku selalu mendapatkan kekerasan fisik dan kekerasan verbal dari bapakku. Tapi beliau selalu mendukungku dengan baik, bahkan beliau pernah menawarkan bantuan finansial untuk dukungan penerbitan bukuku. Meskipun aku tolak, aku berusaha mandiri dulu kecuali kepepet kuterima. Beliau adalah ayah sahabatku, Kang Aista Wisnu Putra. Ya dulu aku mencintainya, sekarang tidak. Cintaku sekarang semua untuk suamiku. 

Kembali pada Pak Khusnul, beliau ini baik, selalu memotivasiku. Lomba didukung, beliau suka membaca tulisanku lalu memberikan saran, kritik membangun untuk perbaikan. Kalau diskusi juga nyambung dan sepemikiran. Beliau pernah bilang bahwa beliau akan sangat bahagia jika aku ditakdirkan menjadi menantunya. Aku pun juga bahagia kalau aku jadi menantunya, punya bapak mertua diskusi nyambung, selalu husnudzon, selalu memotivasi. Hanya takdir Allah berbeda, aku tidak ditakdirkan berjodoh dengan anak beliau. 

Selama 4 tahun kenal dekat Pak Khusnul, pola pikir kita sepemikiran, tidak pernah debat, tidak pernah julid dan sering nyuport. Sebagai hadiah, beliau saya beri buku tulisan saya parenting Nabawi dan cara kultur jaringan. Alhamdulillah supaya itu menjadi kenang kenangan bahwa kita pernah saling mendukung dalam berkarya. Belau baik, ramah, motivatif. Istri beliau juga baik, Bu wafiatun Ahmad. Komunikasi dengan beliau berhenti, sejak aku menikah karena suami tidak ridho. Aku manut, demi menjaga perasaan suamiku. Orang yang kucintai, surga Allah bersama ridho-Nya. 

Seandainya mertuaku berhati baik selalu mendukung seperti Pak Khusnul dan Bu Wafiatun, tentu hatiku bahagia. Namun sayangnya beberapa kata nylekit terucap tanpa dipikir sampai aku tahu sehingga meninggalkan bekas luka untukku. Kata-kata mertuaku, yang pernah kudengar langsung maupun melalui suamiku diantaranya:

1. Aku dituduh matre saat suamiku mau menikahiku. Logika saja, aku menerima suamiku dalam kondisi aku wanita karir sudah punya rumah dan kerjaan. Sementara suamiku masih kuliah, belum kerja. Aku LDR Setahun, baru Syawal 2024 kita bareng. Suamiku baru kerja itupun yang melatih aku dan bapakku. Yang melatih dagang aku, yang melatih bertani bapakku. Aku menemani suamiku dari nol dan dituduh matre, gimana nggak sakit. Sakit banget. Suamiku membelaku. Karena memang aku sederhana, tidak matre. Wong mahar saja aku tidak menarget, semampunya saja. Aku juga tidak minta ini itu, penting akhlak dan agama baik. 

2. Setelah sepasar nikah, seminggu setelah nikah. Aku diminta mertua perempuanku ke rumah Mbah Mbah. Aku menurut ke sana bersama suamiku, kukira ke rumah saudaranya. Ternyata itu rumah Mbah e Icha (Icha adalah perempuan yang mau dijodohkan sama suamiku oleh mertuaku). Bayangkan, gimana sakitnya, habis nikah disuruh dolan bawa jajanan ke rumah perempuan yang mau dijodohkan sama suamiku. Aku tak tahu makanya aku manut. 6 bulan kemudian setelah kejadian itu, barulah aku tahu jika itu rumah keluarga Icha. Wallahi sakit banget hatiku, tidak ridho. Tidak ada anjuran silaturahmi mantan jika pasangan tidak ridho. Entah mertuaku perasaanya dimana, padahal sama sama perempuan. Dikiranya mungkin aku tidak tahu, serapi apapun bangkai disembunyikan pasti kecium baunya. Aku saja sangat menjaga perasaan suamiku, suamiku tidak kuajak dolan ke rumah beberapa lelaki yang mau menikahiku kutolak dengan alasan apapun. Menjaga keutuhan rumah tangga hukumnya wajib, menjauhi mudhorot mantan yang naksir/ mantan yang dijodohkan/ atau mantan kekasih itu lebih baik.

3. Bulan Syawal 2024 (tepat setahun pernikahan kami), saat aku dan suamiku dolan Brebes di rumah mertuaku. Mertuaku perempuan bilang ke suamiku, di depannya ada aku, mertua bilang gini:
"Zur (nama panggilan suamiku, karena namanya Mustafizur), kamu serahan nikah habis 50 juta. Besok saat adekmu mau nikah gantian bantu serahannya," kata ibu mertua.

Bilang gitu pantes, kalau anaknya sudah mampu dan mapan secara ekonomi. Lah anaknya kerja aja belum, baru lulus kuliah. Selama setahun LDR saja aku tidak dinafkahi ridho, biar suami fokus kuliah. Lah iya anaknya nafkahin istrinya belum mampu, dituntut kelak bantuin adeknya kan ya lucu. Orangtua nikahin anak kan emang kewajiban orangtua, kalau tidak mau nikahin ngeragati anak, ya childfree (nggak usah punya anak, jadi tidak perlu tanggung jawab biaya ngeragati anak). Berani punya anak, ya berani tanggung jawab biayai anak. Wong suami juga nikah tidak nuntut neko neko. Dekor Snack makanan belanja pesta dll semua biaya dariku pribadi dan orangtuaku. Barang dari keluarga suami itu berupa serahan emas 11,5 juta, perabotan kasur kulkas lemari kaca 7 JT, perlengkapan kecil kecil sekitar 10 JT sama buah. Sisanya mungkin transportasi. Loh kog aku tau?. Ya tahu wong aku pegang kwitansinya juga aku biasa belanja sendiri perabotan. Bukan disupport kerja tapi sudah dibebani sebelum berjuang. Harusnya punya menantu tidak banyak nuntut itu syukur, bukan malah nyelekit. Lama lama aku yang respect jadi ilfeel. Karena ya tidak mikir sebelum bicara. Lah yang bantuin suami kerja 80% aku dan orangtuaku, baik modal maupun pelatihan, orangtuanya ngasih modal cuma 2 JT tapi sudah bebani anak kayak gitu. Nikah e anakmu kedua, ya tanggung semampunya. Mampu mewah silahkan, tidak mampu mewah ya sederhana saja sesuaikan kemampuan, tidak usah gengsi. Anak belum kerja kog dibebani. Untung istrinya mandiri, punya kerjaan sehingga bisa menghandle belanja sendiri. 

4. Saat dulu mau nikah kan pakai dekor, buat kenangan aja. Wedding kan momen sakral. Toh biaya dekor juga dari ibukku. Bisa bisanya mertuaku bilang gini:
"Sayang dekornya nok, nggak usah dekor aja. Kan cuma sehari. Buang buang uang. Eman."
Meskipun itu bercanda tetap tidak sopan. Wong aku biaya juga nggak minta, sudah disiapkan jauh jauh hari. Kecuali aku minta dia gimana, pakai uang orangtuaku. Sudah ada anggaran sapi buat nikah. Padahal mertuaku dulu saat nikah, juga dirias, teganya bilang itu. Aku tetap teguh pendirian, tetap pakai dekor dan rias meski sederhana. Panggung ukuran 5 x 6, normalnya pengantin lah. Meskipun pesta besar privat keluarga dan orang terdekat saja, rias kan buat kenangan. Ngelarang itu kalau aku minta dibayari dia, wong aku bayar sendiri. Dia juga nggak bayarin. Nyeseg sih, kalau ngomong dan bersikap suka nggak dipikir. 

Selama aku hamil cucunya, tanya kabar saja tidak pernah. Padahal punya nomorku. Tidak bisa chat, record suara bisa. Selama ini yang chat aku terus yang mulai duluan, lama lama males karena beliau juga tidak peka. Tidak pernah tanya kabar, tidak tanya kondisi sehat tidak padahal beberapa kali aku sakit. Tanya sudah ada perlengkapan bayi tidak, anaknya bisa nafkahi nggak, gimana persiapan lahiran, gimana perkembangan bayi. Wallahi nggak sama sekali. Bahkan aku bilang suamiku, 4 bulan kan dibanca'i Blora. Nanti 7 bulan dibanca'i orangtuamu Brebes ya. Wallahi nggak, aku tanyakan orang Brebes nggak ada banca'an meskipun mintaku kecil kecilan GPP, biar hemat. Keluarga besar aja, kan sudah 7 KK tuh. Sudah banyak sama anak anak dan pasangannya. Nyatanya sampai 8 menuju 9 tidak ada banca'an. Cukup kecewa. 

Kebiasaan apa kata orang, jadi kalau acara nggak besar ngundang jama'ah malu. Padahal hakekat banca'an itu sedekah juga doa. Latihan dermawan sesuai kemampuan. Misal mampunya ngundang 10 orang ya undang 10 orang, tidak usah ngoyo 60 orang. Nggak usah pedulikan kata orang, toh mereka nggak biayain kan. Sama sekali nggak dibanca'i walaupun aku minta sederhana keluarga saudara saja. Ya sudah GPP, kubancak'i sendiri. Tapi cukup tahu bahwa tidak ada kepedulian perhatian (terbukti tanya kabar aku langsung tidak pernah lewat wa atau telpon), tidak ada kepedulian uang, tidak ada kepedulian banca'an. Nyeseg, tapi belajar tegar. Justru ini melatih mandiri dan kuat, meskipun sakit. 

Saat aku diperlakukan seperti itu, kadang aku teringat Pak Khusnul. Seandainya mertuaku bersikap baik dan berkata baik seperti beliau dan istrinya yang santun, gemati, sopan ke aku. Ya sudahlah, terima apa yang ditakdirkan Allah. Alhamdulillah suami gemati, mertua julid dan nylekit ya bodoh amat. Toh rumah sudah sendiri dan pisah. Meskipun nyeseg, ya ikhlaskan. Kalau lihat emak bapakku sayang suamiku rasanya senang, sayangnya mertuaku tak segemati orangtuaku ke suamiku, habis nikah aja disuruh dolan ke rumah Mbah e Icha. 
Ya kuakui, orang yang benar benar peduli aku ya ibuku. Lagi lagi banca'an juga ibuk. Aku sakit yang rawat juga ibukku dan suamiku. Suamiku dan ibuku. Semoga Rohmat Allah untuk ibu dan suamiku. 





DARI KATA MENJADI LUKA

 DARI KATA MENJADI LUKA

(Part 1)

Catatan Dewi Nur Halimah 



Perkataan adalah sesuatu yang mudah diucapkan dari lidah yang lunak tak bertulang, tahukah kamu bahwa kata atau ucapan itu bisa memberikan dampak yang besar bagi kehidupan seseorang?. Ya , benar kata bisa membawa nikmat juga bisa membawa mala petaka. Sebagaimana contohnya:
1. Dua orang lelaki dan perempuan yang bukan makhram lantas ijab kabul. Yang awalnya haram berhubungan suami istri, setelah akad nikah jadi halal. Gara-gara kata ijab kabul, yang haram jadi halal. 
2. Gegara mengucap kalimat syahadat, seseorang yang awalnya non muslim menjadi mualaf. Syahadat cuman berwujud beberapa kata, tapi dampaknya besar bagi kehidupan seseorang. 
3. Gegara kata juga, bisa menyebabkan seseorang saling hina hingga tawuran dan pembunuhan. Maka dari itu sebelum berkata, pikirkan dua kali dampaknya. 

Berbicara soal kata, banyak orang yang kagum denganku. Mereka kagum akan prestasi dan kecerdasanku. Tak jarang juga mengagumi postur tubuh dan wajahku. Banyak inbox atau chat yang masuk bahkan ucapan langsung yang isinya pujian. Bolehkah aku menangis?. Di luar sana banyak yang menginginkan seperti aku, kata mereka manis, cerdas, prestatif, multitalenta, multitasking. Tahukah engkau, bahwa orang terdekatku sendiri tak pernah mensyukuri memilikiku. Dibilang sakit, sangat sakit. 

Sejak kecil, bapakku selalu pilih kasih dengan adekku. Jika adekku salah, mentok dimarahi saja atau disiram air. Sementara aku dituntut sempurna karena seorang kakak adalah teladan bagi adeknya. Salah sedikit, disiram air satu jerigen 30 liter. Belum ditampar, dibukul, ditendang. Sakit, tapi aku diam saja nyeseg. Aku juga masih kecil. Dari kecil sampai usia 15 tahun aku selalu dididik dengan kekerasan. Baru setelah SMA tidak pernah pakai kekerasan fisik. Meski tak pakai kekerasan fisik, aku kerap kali menerima kekerasan verbal. 

Kehidupanku tak sesempurna kelebihan yang aku miliki. Banyak kehidupan prihatin dan ngenes yang tidak aku tampilkan. Blog ini tempatku berkeluh, kalau di sosmed sudah pasti viral. Kalau di sini tidak. Aku suka kalau salah diingatkan, tapi tidak dengan kekerasan fisik, hinaan, cemoohan. Pernah suatu ketika, bapak diundang orang buat hajatan. Aku lupa memberi tahu amanah itu. Kau tahu apa hukuman yang aku terima. Di depan murid ngaji ibuk yang jumlahnya puluhan, aku diseret bapak lalu disiram air sejerigen, dipukul, dan sayuran serta makanan yang beli makan dipiring tidak jadi dimakan melainkan ditumpahkan di atas kepalaku. Sehingga jilbabku basah kuyup, habis magrib tubuhku penuh nasi, sambal, sayur. Mau tidak mau aku mandi. Sakitnya tidak seberapa, tapi malunya luar biasa. Dibilang sakit hati iya, tapi aku sadar aku salah. Apakah pantas hukumannya seperti itu. Kenapa tidak hukuman yang mendidik atau edukatif saja, misal salah diminta nulis tangan 3000 bismillahirrahmanirrahim, atau uang saku dipotong, atau wajib menghafal surat Qur'an apa. Intinya yang membuat jera, tapi mendidik namun bukan kekerasan fisik maupun penghinaan. Masihkah iri denganku yang nampak prestasi banyak tapi sering dapat kekerasan fisik dari orang terdekat?. Sejak kejadian ini kuambil hikmah, kalau ada undangan buat bapak, kutulis dikertas, kutaruh dimeja kututup gelas biar aku nggak lupa dan tidak dimarahi bapak dengan cara seperti di atas. 

Pernah suatu ketika saat bermain, aku sudah mewanti wanti agar adekku kalau jalan di tepi jalan. Qodarullah ada tulang bank plecit (bank keliling) yang naiknya ugal ugalan. Adek diserempet dan adek terluka. Alhamdulillah masih selamet tapi lecet lecet. Saking khawatir dan kecewanya, dianggap aku tidak bisa momong padahal tukang bank itu yang ugal ugalan. Kami sudah ditepi. Bapak marah ke aku, adek (anak kesayangannya usia 5 tahun), aku usia 8 tahun saat kecelakaan adekku keserempet motor. Bapak dengan emosi, menendang aku yang tubuhnya mungil hingga menjelat sekitar 3 meter. Semuanya aku yang salah, padahal kecelakaan pun terjadi bukan atas kemauanku. Takdir Allah, ternyata sudah di tepi tetap keserempet. Saat ditendang ada satu temanku yg melihat, dia lari. Sementara aku habis ditendang berusaha bangkit sendiri berdiri, menangis terisak tanpa suara dan air mata membasahi pipiku. Bapak tak peduli aku menangis, beliau lari ke adek dan mengurus yang nabrak adekku. 

Bapakku melatihku budaya terimakasih kalau dibantu. Namun caranya salah. Saat usia 13 tahun, tepatnya kelas 1 SMP. Aku mencari alamat warnet, waktu itu warnet langka dan ramai. Aku diboncengkan bapak mencari alamat warnet untuk mengerjakan tugas TIK. Qodarullah aku tak tahu alamat warnet, sehingga sampai daerah Sawahan dan Gondang aku tanya orang alamat warnet. Saking gugupnya aku lupa mengucapkan terimakasih setelah tanya alamat. Bapak memanggilku, bukan mengingatkanku untuk mengucapkan terimakasih kalau habis tanya alamat. Beliau memanggil, lalu saat aku mendekat beli menampar pipi kanan dan pipi kiriku bergantian. Aku menangis sesenggukan. Kata bapak, anak tidak tahu diri, dikasih tahu alamat malah geloyor pergi lupa mengucapkan terimakasih. Sejak kejadian itu, selalu kuingat sampai sekarang kalau dibantu orang harus mengucapkan terimakasih. Niat bapakku bagus, tapi caranya salah. 

Kalau aku berbuat salah sedikit, bapak langsung nampar, mukul, dll. Itu sudah makananku sehari-hari sejak kecil hingga usia 15 tahun. Sejak usia 16 tahun aku tidak dididik dengan kekerasan fisik, tapi kekerasan verbal. Bapak kalau ngomong sama aku suka nylekit. Entahlah. Mungkin karena wajahku mirip Bu Dhe parni, kakak yang jahat sama bapak. Jadi kalau lihat wajahku bawaannya benci. Meski aku tidak salah, atau salah sedikit langsung kekerasan fisik. Entahlah, aku berusaha tegar walau hatiku hancur. 

Rata-rata orangtua, kalau anak juara itu senang luar biasa. Tapi tidak dengan bapakku. Aku selalu mendapatkan ranking 1 dari SD kelas 1 sampai SMA kelas XII, puluhan prestasi kudapatkan dari lomba pidato, lomba cerdas cermat, lomba pajak, lomba akuntansi, lomba IPA, lomba lainnya. Tapi bapak tak pernah mengucapkan ini di hadapanku:
"Alhamdulillah ya Allah, selamat nduk kamu juara. Bapak bangga."
Bagi bapak itu hal biasa, aku sudah terbiasa dapat juara. Jadi ya tidak ada ucapan selamat atau bangga sebagai bentuk apresiasi. 
Pernah aku lomba cerdas cermat secara langsung di ShaShana Bakti, sekarang gedungnya dihancurkan di dekat MD Mall Blora. Life dilihat ratusan orang. Aku menang. Tapi ada kesedihan yang tak bisa kuungkapkan. Peserta lain kalah cerdas cermat, tapi orangtuanya pada hadir memberikan support, minimal salah satu. Sementara aku, aku juara, aku menang. Tapi orangtuaku tak ada yang hadir. Aku sendirian. Saat melihat pada disamperin orangtuanya, aku nggak. Aku berusaha kuat, nggak papa. Sudah biasa, mungkin orangtua sibuk kerja keliling jualan garam atau nyawah. Berusaha positive thinking meskipun mataku berkaca kaca saat melihat beberapa peserta lain dipeluk orangtuanya padahal kalah. Aku menang, tapi sendirian. 

Adekku selalu dimanja, karena dia waktu kecil sakit sakitan. Beda denganku yang selalu dimarahi dengan kekerasan fisik yang luar biasa. Jujur, aku suka kalau salah ditegur dan diingatkan, itu tandanya peduli akheratku. Tapi tidak dengan kekerasan fisik dan verbal. Saat SMA, fotoku menjadi cover majalah sekolah. Fotoku juga sering terpampang di koran, majalah, tabloid sebagai pemuda berprestasi. Bapak tidak bangga, makanya aku juara apa tidak pernah cerita. Paling kalau menang, dapat uang lalu kusimpan, sebagian kuberikan ibuk atau kubelikan alat rumah tangga untuk ibuk. Pernah saat aku juara, dimana banyak orang mengagumimu. Puluhan ratusan ucapan dari oranglain memujiku. Sementara bapakku menjatuhkan mentalku:
"Tuh kan gara gara bapak ledek, bapak hina. Kamu jadi menang dan juara. Kamu itu kalau diledek makin semangat."

Di saat orang orang mengucapkan selamat untukku, bapakku gengsi mengucapkan selamat, dan mengucapkan itu padaku. Di balik itu, aku tahu dia sebenarnya sayang aku. Cuman nylekit. Bukti lain beliau sayang aku,  beliau bernadzar kalau aku juara satu terus dari SD sampai lulus SMA, maka aku akan diberi emas 10 gram. Bapak menepati janjinya, sapi satu satunya milik bapak dijual dan akan digunakan membeli emas untukku. Ya dia keras, tapi dia menepati janji. 2013, sapi dijual mau untuk membelikan emas aku untuk menepati janji. Tapi aku meminta lain, agar uang hasil jual sapi dibelikan sepeda motor saja, second tidak apa apa. Terpenting bisa buat aku kuliah, kerja dan tidak jalan kaki. Uang hasil jual sapi pedhet laku 8 juta. Dibelikan motor Revo bekas di showroom. Alhamdulillah, motor sebagai pengganti emas itu adalah motor penuh perjuangan. Kuberi nama motorku itu "BERKAH" agar ia selalu membawa keberkahan di hidupku. 

Bapak sebenarnya baik, tapi gengsi mengungkapkan dan didikannya terlalu keras untukku perempuan. Aku pengen bapak sesekali kalau bicara nggak harus lembut, tapi apresiasi, motivasi, dan nggak nylekit. Kadang aku merasa, kebaikanku tidak ada apa apanya untuk bapak. Selalu salah dan salah. Saat aku kuliah, dari semester 1 sampai lulus dan wisuda tidak pernah minta uang bapak. Dikasih 500 RB saat awal mau kuliah saja. Selebihnya sendiri. Uang kos dari uang beasiswa, uang makan dari kerja. Aku kerja serabutan ya pernah jadi operator loundry, jaga toko sepatu, waitres di cafe susu halal, jualan snack, lomba, ikut proyek dll. Apapun kulakuan asal bisa dapat cuan halal buat bertahan hidup di kota atlas (Semarang) saat kuliah di UNDIP. 

Hasil menang lombaku sering kusisihkan untuk orangtua sejak zaman sekolah. Aku juga sering membelikan baju, sarung, jajan, hadiah, uang ke bapak. Tapi nggak pernah dihargai. Bapak sering bilang:
"Kerjamu iku ntuk opo. Urung ntuk sawah, omah, urung ntuk aset seng ketok. Trimo ngono kecil"
Nyeseg luar biasa. Sejak 2019-2023 padahal yang memberi yang bensin bapak tiap habis aku. Tidak pernah dianggap. Aku membiayai adekku dari 2017-2024 lulus pondok. Kirim tiap bulan, aku juga yang membelikan seretide discuss tiap habis. Tapi tidak pernah dianggap. Aku membelikan belanja ibuk dari kerja sampingan 300-1 JT tiap Minggu selama 2019-2023 sebelum nikah. Tapi jg nggak dianggap. Aku mondasi rumah habis 15 JT. Aku membangun keramik habis 15 JT sama tukangnya, membuat dapur cantik habis 26 JT. Membeli perabotan rumah, kayu dll 17 JT. Belum isi rumah. Tapi tidak pernah dianggap. Rasanya sakit banget. Sementara adek tidak pernah memberi bapak, tapi dipuji puji. Apalah aku yang memang selalu salah. Sampai suatu ketika saking sakitnya hatiku saat dibilang: "kerjamu dapat apa?" Belum ungkitan lain. Aku nyeplos: " ntuk seng mbok badok". Banget mangkelnya bertahun tahun selalu diperlakukan demikian. Bisakah apresiasi kerja anak, niat baik anak. 

Orang yang benar-benar aku sayang ya ibuku. Ibuku tidak pernah menjatuhkan mentalku. Selalu menyemangati aku. Saat aku mau berangkat kuliah, uang 500 RB itu dari ibuku hasil pinjam uang di selepan di ganti saat panen. Saat aku mau sidang, ibuku tak doyan makan dan selalu mendoakan aku supaya menang. Setelah menang sidang kasus hukum, baru beliau doyan makan. Saat aku sakit, ibukku juga sabar merawatku selama 4 bulan memandikan, menuntun jalan, nyuapin dll. So far, she is like an angel for me. Makanya aku sayang banget. 

Saat aku mau sidang membela kebenaran, tanpa pengacara melainkan dengan penguasaan ilmu hukumku sendiri dan bekal pertolongan Allah karena menegakkan kebenaran (agar distribusi bansos tepat sasaran, agar pupuk subsidi harganya sesuai, dan kasus kasus lainnya), ibuku mendoakan dan mendukungku terus. Sementara bapakku, kemakan hasutan orang dzolim justru menakut nakuti ku penjara. Wallahi aku tidak takut penjara, takutku Allah. Pedomanku Imam Nawawi yang berani menyurati raja menuntut keadilan. Para ulama zaman dulu menegakkan kebenaran tidak takut dipenjara. Untuk apa aku takut, makanya aku maju terus nekad sampai menang. 

Bukan hanya itu, saat aku dibully karena aku tidak mau dinikah beberapa lelaki sampai dituduh tidak doyan nikah. Bapak justru meledekku perawan tua, nganjer. Sehingga tak jarang aku debat sama bapakku sendiri. Ibukulah yang menenangkan aku saat aku tersulut emosi. Jujur sakit hatiku, dijatuhkan mental oleh orang terdekat. Memang 2019-2021 aku menutup hati tidak mau menerima ajakan nikah dari lelaki manapun, karena aku depresi berat setelah rencana pernikahan dengan Kang Ibad beserta persiapan nikah dibatalkan sepihak. Sehingga diam diam aku perawatan mental, konsultasi psikolog, ke ulama sampai mentalku benar benar sembuh. Barulah aku bisa membuka hati. Sehingga aku menerima orang baru ya benar benar siap, bukan pelampiasan atau pelarian. Lillah menikah untuk ibadah. Justru saat aku perawatan mental, dengan biaya yang nggak sedikit karena aku belum punya BPJS. Aku nabung buat berobat, bapakku malah ikut ikutan orang yang jahat, bukan menguatkanku justru ikut menjatuhkan mentalku. Entah beliau ngomong itu sadar atau tidak, tapi pengucapannya berkali kali langsung padaku, sehingga membuatku benar benar sakit hati dan kecewa. 

Alhamdulillah ada ibu yang selalu menguatkanku. Dari kecil, saat aku dikasari bapak, ibuk sering menguatkan aku, memelukku. Itulah mengapa aku sayang banget sama ibukku. Ibuku pahlawanku, ibuku sosok yang gemati, sabar, tidak julid, pekerja keras. Semoga Rohmat Allah untukmu buk. Aamiin 

Senin, 03 Februari 2025

LUKA PERJUANGAN HAMIL

LUKA PERJUANGAN HAMIL


Untukmu anakku...
Ibu mengandungmu sejak 22 Juni 2024, in syaAllah HPL (Hari Perkiraan Lahir) 26 Maret 2025 nanti...
Putraku...
Ibu sayang kamu, ibu punya nadzar bahwa engkau akan kuhadiahkan untuk Islam sebagaimana Solahudin Al Ayubi yang dihadiahkan untuk Islam oleh ayahnya, Najmudin Ayyub. Ibu pengen kelak kamu menjadi anak yang berbakti dan berkontribusi besar untuk agama dan bangsa.
Sayangku...
Teruskan perjuangan ibu, kelak jadilah pengusaha. Kenapa pengusaha?. Biar kamu mandiri ekonomi, dan berdagang itu pekerjaan mulia. Semoga kelak kamu bisa membuka lapangan pekerjaan, sukses. Sisihkan penghasilanmu untuk sedekah. Pertama ke orangtua, nenekmu (Mbah Mahzunah dan Mbah Dari) yang bantu rawat kamu sejak dalam kandungan. Lalu jangan lupa ke bapakmu, ke yatim piatu dan fakir miskin. Yang tepat sasaran, jangan asal asalan. Sodaqoh ke gurumu yang miskin juga pahalanya besar sayangku. 
Anakku...
Jadilah penulis, ibumu juga penulis. Ibuk pengen kamu menguri nguri ajaran Islam. Ibu penulis 20 buku anakku, semoga kamu kelak jadi penulis buku dan penulis kitab. Namun tetap rendah hati ya sayang, libatkan Allah terus. Cintai Islam dan Tuhanmu dengan menjaga ilmu. Carilah ilmu, lalu amalkan di akhlak. Sayang, zaman akhir itu banyak orang kelihatan dzohir paham agama tapi kelakuan melenceng dari ajaran agama. Kamu jangan demikian ya sayang, ya dipelajari ya diamalkan sehingga nanti terbentuk jiwa yang qolbun Salim dan khusnul khuluq. Banyak banyak syukur, prihatin, dan pekerja keras serta pekerja cerdas. 
Anakku...
Sayang, doa ibu kelak semoga kamu jadi ulama sekaligus pengusaha sekaligus penulis dan inovator. Kenapa jadi ulama?. Ulama itu yang menghidupkan agama sayang. Jadilah yang rajin, disiplin, manajemen waktu baik, belajar rajin dan mengaji rajin. Semua buat kebahagiaan dunia akheratmu sayang. Kenapa pengusaha?. Berdagang dan bertani itu pekerjaan yang paling baik selama jujur, tidak riba, tidak korupsi, membantu orang lain, membuka lapangan pekerjaan. Kenapa penulis?. Ilmu itu abadi kalau ditulis. Nanti dibukukan sayang, diterbitkan. Biar meskipun penulis tiada, ilmu kita bisa dipelajari orang lain, estafet ilmu dan pola pikir kita yang bermanfaat terus berkelanjutan. Kenapa inovator?. Sayang banyak produk yang dijual di pasaran didominasi karya Unilever, sementara laris karena harganya murah kualitas bagus. Padahal omset Unilever, laba (profit) untuk bantu LGBT (Lesbi, Guy, Biseksual, Transgender) yang jelas haram dalam Islam, bukan hanya itu laba mereka juga didonasikan buat Israel untuk membeli genjatan senjata untuk membunuh saudara muslim kita di palestina. Jadi inovator muslim yang peduli ummat ya sayangku. Ibu prihatin ini lama, ibuk jg suka inovasi anakku, ibu memenangkan beberapa kali lomba inovasi sayang. Teruskan perjuangan ibuk sayangku.
Anakku...
Ibuk hadiahkan engkau untuk Islam dan Allah. Kupasrahkan engkau pada Allah. Semoga waktu melahirkan nanti kamu selamat, ibuk selamat. Kamu terlahir sehat mental, sehat fisik, tidak cacat, kelak kaya, cerdas, tampan. Aamiin
Semoga engkau jadi duta Islam layaknya Mush'ab bin Umair, anakku sayang.
Anakku sayang...
Teruskan cita cita ibuk ya sayang. Perjuangan hamil kamu itu luar biasa sayangku. 
Ibukmu sampai tidur guling guling karena sering kram, kontraksi. Pernah waktu hamil usia 3-7 bulan, muntah sehari bisa 8-12 kali sampai ibukmu pucat, lemas, bahkan ibukmu sampai hipotensi parah dengan tekanan darah 50/80 (diastol 50, sistol 80). Meski kondisi ibuk sering mual, muntah, kontraksi tapi ibukmu tetap kerja bantu bapakmu buat nyukupi kebutuhan belanja sehari hari juga nuruti ngidam keinginanmu. Ibuk kerja dari 10 pagi sampai setengah 9 malam sayang. Bapakmu juga kerja keras, tidak malas cuman penghasilan tidak mencukupi buat belanja (10-20 RB) sehari, makanya ibuk kerja. Alhamdulillah penghasilan ibuk berlipat dari bapak sehingga bisa menutup kekurangan belanja, bisa buat beli perlengkapan bayi semuanya, bisa persiapan aqiqah buat kamu. 
Anakku sayang...
Saat hamil sekitar 3 bulan tepatnya bulan September 2024. Ibumu pernah kecewa sama bapakmu dan mbahmu (mertua ibuk, orangtua bapakmu). Gimana saat itu, bapakmu mengatakan bahwa serahan dan mahar diminta kalau cerai. Ibuk sanggup mengembalikan, tapi ini penghinaan bagi ibuk. Maharnya saja biasa, ibuk tidak minta mahal. Barangnya (kasur, almari, kulkas mesin cuci) senilai 7 JT ibuk ada kwitansinya, diminta ibuk sanggup mengembalikan. Bapakmu tak diamkan. Lalu ibuk survei di grup ngapak, di sana ada ribuan orang Brebes, Tegal, kebumen, pemalang, Pekalongan, Cilacap. Kutanya, apa kalau sudah dinikah, sudah HB lalu cerai, serahan yang diberikan ke istri wajib dikembalikan ke suami?. Soalnya dalam agama, segala yang menjadi mahar dan serahan itu hak istri sepenuhnya selama sudah terjadi hubungan suami istri. Kecuali belum digauli, cerai ya mahar dan serahan diminta boleh. Ini sudah, ternyata jawaban 100% mengatakan itu bukan adat ngapak, serahan dan mahar hak istri sepenuhnya, bukan adat tapi kalau serahan diminta balik jatah suami dan keluarganya yang pailit. Ini jawaban banyak orang hasil survey. Nyeseg. Saat itu ibuk mau gugat cerai bapakmu, karena saking kecewanya. Belum lagi tahu ternyata nenekmu (ibunya bapakmu) tidak memiliki empati, ternyata setelah nikahan ibu dan bapakmu ibukmu disuruh dolan sama bapakmu ke rumah perempuan yang dijodohkan sama bapakmu oleh mbahmu. Ibuk mau dolan karena nggak tahu, tidak ada keterbukaan di awal. Sampai 6 bulan setelah kejadian, ibu tahu itu semua bahwa ibu diminta bawa jajan dolan kerumah Mbah e Icha (Icha itu perempuan yang mau dijodohin sama bapakmu, orang jubang dimana bapaknya kandung orang nusa tenggara, ibu tirinya orang jubang pemilik mushola tempat mbahmu ngimami mushola di jubang, Bulakamba, Brebes). Nyeseg, perih. Ibuk berusaha kuat. Setelah kudiamkan, diantar kerja nggak mau. Naik motor sendiri walau jarak 20 km PP 40 km sekitar itu, dalam kondisi hamil 3 bulan. Lalu bapakmu telpon mbahmu (orangtua bapakmu) bilang salah paham, minta maaf. Serahan dan mahar itu hak istri sepenuhnya. Luar biasa cobaan ibu saat hamil kamu. 
Lalu....
Saat hamil 5 bulan, bapakmu ketahuan bohong. Bapakmu melarang ketat ibukmu tidak boleh upload wajah di sosmed karena wajah perempuan itu bisa ngundang syahwat lelaki. Ibuk ta'at le. Tapi ternyata, diam diam bapakmu suka like wajah foto perempuan. Perempuan itu berhijab, dililit leher dan payudara nampak besar (jilbub) namanya Silvi Aprilia. Lah iya, istri dilarang upload foto, tapi bapakmu sendiri suka like foto perempuan jilbub seksi. Betapa hancur dan sakit hatinya ibuk. Bukan sampai disitu sayang, bapakmu juga ngikuti akun fb dan Instagram Silvi. Siapa Silvi ini?. Silvi ini murid ngaji bapakmu (mas izur suamiku). Padahal di poster jelas, lelaki diajar lelaki, perempuan diajar perempuan. Awalnya mau kuajar atau Mbah Mahzunah aja yg ngajar, sama bapakmu bilang: "kamu kan murid banyak, aku aja yang ngajar ya. Dia usia muda, wajah tua jelek. Aku aja.". Ibumu percaya, ternyata bohong. Wallahi Silvi bukan perempuan berwajah tua, tapi perempuan muda yang seksi. Kalau soal cantik, standar perempuan tidak cantik amat. Kalau soal bahenol dan seksi iya. Dua duanya sama salah, bapakmu bohong berkali kali. Dan Silvi jg salah, nomor yang dihubungi itu sengaja admin lelaki padahal dia perempuan. Tapi bapakmu yang lebih salah. Seberapa godaan kalau dia iman dan setia, tidak akan membohongi ibumu berkali kali. Semua ketauan ketika bapakmu tidur. Ibuk buka hp bapakmu, chat sudah di hapus. Kucek, katanya muridnya Silvi tua. Kucek fb ada nggak, diikuti nggak. Ternyata berteman dan 5 foto seksinya di-like bapakmu. Ibuk dilarang upload foto, bapakmu like foto seksi perempuan itu. Ibu cek Instagram, ketik nama Silvi juga bapakmu follow dia, beberapa foto di-like. Melarang istri kelihatan alim, bejad di belakang. Hati siapa yang nggak hancur dan sakit anakku. Kita hampir cerai, bapakmu nangis minta maaf. Ibu maafkan dengan syarat TTD surat perjanjian bermaterai, bapakmu bohong lagi siap pidana dan perdata, KDRT psikis saat istri hamil, pasal penipuan, kebohongan dan lainnya. Ada beberapa kebohongan yang nggak bisa ibu ceritakan semua. 
Anakku....
Saat bapakmu ketahuan main perempuan pada November 2024, mbahmu (orangtua bapakmu) itu tidak minta maaf kepada ibumu karena gagal mendidik anaknya. Justru membela kesalahan bapakmu, dan silent treatment (mendiamkan ibumu). Alhamdulillah mbahmu (nenek dan kakek dari ibumu peduli). Selama ibu hamil kamu, ibuk sering mual muntah parah, ibuk Ndak kuat masak, yang masak dek Ida (adek kandung ibukmu, tantrum. Kamu manggilnya Bu lek Ida/ Tante ida). Belanja dibantu nenek kakekmu (Mbah Mahzunah Mbah dari, orangtua ibumu). Alhamdulillah banca'an 4 bulan sudah sama Mbah Mahzunah dan ibukmu, banca'an 7 bulan sama ibukmu dengan sedekah yatim dan beli jajan bagi keluarga. Mbah dari ayahmu sejak November 2024 sampai februari 2015 tidak pernah tanya kabar ibukmu, belanja juga tidak pernah dibantu meskipun kewajiban nafkah itu kewajiban lelaki/suami/anaknya, tidak banca'an buat 7 bulanmu walau kecil kecilan ngundang 7-10 orang keluarga sendiri. 
Anakku...
Alhamdulillah bapakmu sudah taubat saat ibu hamil 6 bulan. Sikapnya baik dan gemati walaupun penghasilan kecil. Anakku sayang, kelak ingat ini ya. Selama hamil kamu, yang peduli kamu saat ibuk hancur, sakit, butuh uang dll adalah Mbah Dari, Mbah Mahzunah, Tante Ida, bapakmu. Mbahmu dari bapakmu (Mbah toha, mbah Rohmah) tidak ada kepedulian uang, kasih sayang juga perhatian ke kamu. Nggak usah dendam, tapi nggak usah mendekat. Karena itu menyakitkan. Fokusmu bagaimana membahagiakan orang yang peduli kamu, jauhi orang yang nyakiti kamu. Menjauh bukan memutus silaturahmi tapi untuk menjaga kesehatan mental (kewarasan mental) juga menjaga diri dari sakit hati biar tidak dendam. Karena sikapnya tidak ada kepedulian. Belanja ibumu semua patungan dibantu Mbah Mahzunah dan masak dibantu lek Ida, pekerjaan rumah dibantu bapakmu. Lainnya dibantu Mbah dari. Kalau alasan jauh?. Perhatian kan bisa lewat chat, telpon kan sudah modern ada HP. Nyatanya selama hamil, mertua ibu tidak pernah tanya kabar ibu secara langsung chat ibu atau telpon kalau nggak ibu duluan yang tanya ya gengsi tanya menantu. Apa pernah tanya kabar, banca'an gimana. Dia maunya ngundang 60 orang jama'ah. Mbahmu gengsian. Beda sama mbokmu yang sederhana, apa apa sesuai kemampuan, tidak peduli kata orang mau dipuji atau dihujat. Ibukmu juga pernah dituduh matre sama mbahmu (orangtua mas izur/ bapakmu) saat mau nikah sama bapakmu. Yang bilang bapakmu sendiri. Logika saja, ibuk sudah punya rumah sebelum nikah sama bapakmu, ibuk sudah punya kerjaan sebelum nikah, ibukmu bahkan Nerima bapakmu kondisi masih kuliah dan pengangguran, ibuk ridho, mahar tidak matok sekian sekian semampunya, tapi dituduh yang nggak nggak. Sakit, kecewa. Kalau ditanya pasti mukir, jangan percaya. Wallahi ibuk berkata jujur. Habis nikah aja disuruh dolan ke rumah Mbah e perempuan yang dijodohkan sama ayahmu. Nggak ada perasaaan mbahmu itu, walaupun sesama perempuan. Anakku seng sayang sama bapak, gimana gimana saat ibu hamil yang rawat ya bapakmu. Seng hormat sama bapakmu, Mbah dari, Mbah Mahzunah, Tante Ida. Mereka ada terus buat kamu. Jauhi orang yang nyakitin ibumu juga kamu, tapi jangan dendam ya. Cukup menjauh saja. Fokus cita cita sayang. Ingatlah perjuangan ibu melahirkan kamu mengandung kamu luar biasa. Hamil 8 bulan pun ibu masih kerja buat bantu nyukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Walaupun kadang kram, muntah, kontraksi. Kalau pas kambuh ya izin kerja libur, pas kuat ya berangkat. 
Anakku...
Semoga kelak engkau menjadi pemuda yang sukses, sayang ibuk bapak, sehat mental, sehat fisik, kaya, tampan, cerdas dan dihadiahkan buat Islam. Ujian demi ujian melatih kamu kuat dan tegar sejak dalam kandungan. Selamat datang ke dunia anakku sayang. Semoga kelak kamu jadi orang hebat yang berkontribusi memajukan Islam serta mencintai Allah dan rosul-Nya. Big love dari ibuk Halimah ❤️❤️❤️❤️

Salam,


Dewi Nur Halimah 


Jumat, 13 September 2024

BAROKAH SEDEKAH, SEMOGA TUBUH CEPAT SEHAT

 BAROKAH SEDEKAH, SEMOGA TUBUH CEPAT SEHAT



13 September 2024, tepat Jumat malam jam 18.00 an. Aku pulang kerja, badanku lemas, pucet, dan muntah ada 5 kali lebih. Iya aku sedang morning sickness di usia kehamilan ke-3. Tapi aku tetap kerja, soalnya kalau nggak kerja buat belanja apa. Semua kujalani dengan syukur dan semampuku untuk selalu kuat. 

Aku harus kuat dan tak boleh manja. Kalau pas ada rizki, kuusakan tiap bulan sedekah yatim piatu atau fakir miskin rutin Istiqomah. Ini sudah kulakukan sejak perawan dari 2012 sampai sekarang. Ibuku kadang tahu, kadang nggak. Suamiku kadang tahu kadang nggak. Karena aku nggak pernah cerita. Uang hasil kerjaku sendiri, sebagian kualokasikan untuk sosial. 

Aku mendapatkan Rizki lantaran kerja 260.000. Alhamdulillah ala Kulli hal. Lalu 50.000 kusedekahkan yatim. Alhamdulilah badanku enakan, rasanya bahagia tiap habis berbagi. Aku berbagi rutin sesuai kemampuanku. Kadang 40.000 sebulan sekali. Kadang 50.000 sebulan sekali. Kadang 100.000 sebulan sekali. Kadang pas menang lomba pernah 600.000-1 JT. Khusu sosial yatim/fakir miskin. Adapun yang untuk keluargaku beda lagi. 

Banyak yang tanya, kenapa aku kerja tapi sejak perawan selalu sederhana. Uang hasil kerja kubagi menjadi 5. Satu untuk mencukupi kebutuhanku sendiri, belanja kebutuhan pokok biar tidak merepotkan orangtua. Kedua buat berbagi ke orangtua dan adek walau sedikit. Ketiga buat kutabung kalau ada keperluan mendadak misal sakit. Keempat kutabung buat masa depan. Kelima buat sosial investasi akherat. Makanya aku tidak sempat foya foya, bergaya ala anak muda. Kebahagiaanku sederhana, bisa berbagi ke yatim itu seneng walau sedikit atau banyak menyesuaikan penghasilanku. 

Aku merasakan tubuhku lebih baik saat sakit ketika aku bersedekah. Maka doa yang selalu kulangitkan, ya Allah berikan aku kekayaan untuk kutasarufkan pada kebaikan dan di jalanMu. Dari dulu cita citaku pengen punya panti asuhan dan panti jompo. Qodarullah penghasilanku nggak seberapa, dulu cuman guru honorer dan freelance. Sekarang freelance aja sambil jualan dan tani. Tapi nggak membuatku putus asa. Belum bisa bikin yayasan, bisa bantu sedekah yang punya yayasan yang amanah. Kan sama aja. Banyak jalan untuk berbuat kebaikan. Semoga Allah ridho. 


Kamis, 04 Juli 2024

BIAYA SEKOLAH SISWA TINGGI, GAJI GURU RENDAH SEKALI

BIAYA SEKOLAH SISWA TINGGI, GAJI GURU RENDAH SEKALI

(Pengalaman Mendaftar Guru SD IT di Blora, Jawa Tengah). 

*****

Senin, 1 Juli 2024 tepatnya pukul 12.30 aku (Dewi Nur Halimah, S.Si) melakukan sesi seleksi wawancara pendaftaran guru di SD IT Permata Mulia Blora. Saya tertarik mendaftar karena beberapa alasan:

  • Lingkungan islami dimana murid diminta menghafal Qur'an dan hadits 
  • Berdasarkan survey saya ke beberapa siswa baik Blora maupun luar, biaya SPP dan lain lain per bulan tinggi jadi in syaAllah kesejahteraan guru jg lebih diperhatikan
  • Diperkuat dengan saya Googling gaji guru di SD Islam Terpadu melebihi UMR.

  • Gambar 1. Gaji Guru SD, SMP, SMA Islam Terpadu berdasarkan laporan Google. Saya tanya luar kota juga lebih UMR jauh

Sebelum berbicara lebih jauh, apakah sudah tahu SD IT itu apa?. SD IT adalah sekolah swasta Sekolah Dasar Islam Terpadu yang dikenal bonafit dengan biaya sekolah kategori cukup mahal untuk wilayah kabupaten. Kalau di Blora SD IT ya setara SD swasta lain yang bonafit. Dimana rata-rata biaya SPP SD IT di Indonesia per bulan 200 RB - 300 RB per anak. Transportasi 250-300 rb per anak per bulan. Dan uang makan siang per anak 250 RB - 300 RB per bulan dengan libur normal sebulan 4 kali yakni setiap hari Ahad dan tanggal merah (Jika ada). Dimana aku pernah liat SPP muridku IT per anak 800 RB per bulan mencakup SPP, biaya makan dan transport.

SPP misal tengah 250 RB

435 siswa x 250 RB = 108.750.000

Misal dibagi guru + penjaga sekolah + driver (sebanyak 31) = 3.508.064 (3,5 juta)

Nah misal kepotong asuransi, transport, makan siang guru di sekolah sekitar 500 rb. Gaji take home pay guru 2,5 JT per bulan. Gaji take home pay kepsek 3 JT per bulan itu sudah untung. Sisanya buat yayasan untuk kemajuan sekolah. 

Biaya per bulan siswa 500-800 ribu per bulan tapi gaji guru rendah sekali. Sementara gaji guru di bawah UMR. Apa pantas?. Sudah gitu waktu saya tanya penyelenggara yayasan, dilarang PPPK atau CPNS. GPP dilarang asal kesejahteraan diperhatikan, ini dilarang ikut kalau ikut harus resign tapi gaji guru rendah sekali. Apa guru tidak butuh makan?. Apa guru tidak membiayai keluarganya?. Harusnya realistis. Kalau pemasukan siswa banyak, gaji guru ya UMR bahkan di atasnya.

Bayangin masak guru baru 600 RB per bulan selama 3 bulan. Lalu guru 5 tahun mengajar gajinya 1,2 JT dengan biaya siswa tinggi. Saya pernah ngajar di swasta Blora, SPP semua 150 RB tapi gaji saya 1,150 RB an per bulan hampir 1,2 JT. 

Saya pernah ketrima di sekolah swasta di luar kota, gaji rata rata guru di sana 4 JT per bulan. Namun karena prestasi nasional dan internasional saya puluhan, 40 lebih. Saya ditawarkan gaji 5 JT per bulan dan mimpin lomba + laboratorium di sana. 

Lah ini pemilik yayasan bilang, belum ada pelamar guru prestasinya sebanyak ini. Tapi tawaran gaji under sekali. Pralogis kan. Bayangin 600 RB, kepotong bensin 450 RB. Masak bersih 150 RB per bulan. Sama aja 5 ribu per hari. buat beli minyak aja tidak cukup, 500 ml harganya 9 ribu. Lalu misal naik 1.050.000 kepotong bensin 450 rb, bersih cuman 600 ribu. Ngajar sekitar 7 jam 45 menit dengan salary 20 RB sehari. Buat beli minyak sama sayur aja, bumbunya beras belum cukup😅. 



Lah kita kerja secara logis juga biar bisa belanja, bisa bayar token listrik, bisa bayar air, bisa makan sehari hari tercukupi. Biaya murid tinggi, gaji guru rendah sekali. Kesejahteraan guru rendah. Kalau saya realistis, tidak mungkin kerja tapi belanja hutang. Kerja ya minimal bisa cukup buat belanja sehari hari biar hidup banyak syukur tidak ngeluh. 

Kalau sekolah biaya SPP rendah, gaji guru 600 RB atau 1 JT wajar. Ini harga kategori tinggi atau sangat tinggi kalau di Blora, biaya murid dari 500-800 ribu per bulan per anak. Faktanya, kesejahteraan guru berbanding terbalik dengan kenyataan. 

Kalau bilang, ngajar itu harus ikhlas beramal?. Lah guru butuh makan dan biayai anak dan keluarganya. Kalaupun belum punya anak, butuh makan dan bayar listrik. Kenapa nggak dibalik aja, yang bilang gitu hasil kerjanya disodaqohkan guru semua aja. Jenengan nggak usah Nerima gaji atau kalau donatur tidak usah ngarep balik pokok. Wakaf ya murni wakaf. 

Kalau kerjasama ya sama sama peduli. Uang pangkal harusnya buat yayasan dalam arti uang aset tanah dan pembangunan gedung. Untung transportasi dan untung makan buat kas sekolah. Operasional sekolah ada BOS sama kas sekolah dari tadi. 

SPP bisa buat guru dan seluruh karyawan. Kan sama sama memperhatikan kesejahteraan. 

Belum Bantuan BOS untuk jumlah siswa SD IT yang 435:

435 x 800.000 = 348.000.000 (348 juta). Semakin banyak murid maka semakin banyak Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diterima. Dan 50% BOS bisa digunakan untuk menggaji guru honorer dan tenaga honorer di sekolah yang bersangkutan. Apakah alokasi bos penggunaanya sudah disampaikan detail pengeluarannya ke walimurid dan semua guru, karena sumber BOS adalah APBN yang notabennya uang rakyat dari pajak?. Belum tentu, kalau dikasih tahu paling hanya gelondongan atau laporan sehalaman, padahal segitu banyak rinciannya jelas berhalaman halaman.

Dana bos itu untuk pembiayaan komponen ini, diluar ini berarti penyalahgunaan.

Anggaran BOS untuk honorer itu paling banyak 50 artinya 50% bos buat honorer bisa kalau jujur dan peduli kesejahteraan guru serta tidak ada korupsi atau penyalahgunaan.

Nominal bantuan BOS per anak sesuai jenjang sekolah

Silahkan dinalar sendiri. Kita kira belanja 5 ribu cukup tidak sehari jika kepotong bensin PP (pulang pergi) 15 ribu. Kerja bukan bisa mencukupi kebutuhan justru numpuk hutang jadinya. Hidup itu realistis ya kerja ya ibadah ya realistis biar banyak syukur. Kalau tidak realistis alhasil banyak numpuk hutang, banyak nyeseg dll. 

Kalau pulang jam 14.45. sekalian asar jam 15.15 biar tidak nanggung. Sampai rumah jam 15.45 lalu ngelesin capeknya masya Allah. 7 jam 45 menit di sekolah dengan salary under 1,5 JT bahkan untuk 3 bulan pertama hanya 600 rb. Alhasil saya mengundurkan diri. Biarlah sosial saya bukan romusa. Biaya murid per bulan tinggi, gaji guru rendah. Kalau ngabdi haji rendah gpp logikanya kalau SPP murid rendah, kalau SPP dan biaya lain tinggi gaji guru rendah ya kayak romusa. Mungkin jalan sosial saya lewat saya menegakkan HAM. Selain itu dengan kerjaan lain semoga Rizki mengalir deras, biar bisa rutin sodaqoh ke orangtua, orang yang butuh dan yatim sesuai kemampuan. Kalau penghasilan naik, in SyaAllah sodaqoh juga naik. Sesuai penghasilan. Kerja profesional ya harus dibayar profesional karena realistis biar bisa belanja mandiri tanpa hutang untuk mencukupi kebutuhan sehari hari. Kecuali sosial seminggu sekali, free karena murni sosial. Beda ranah. Ini kisah fakta saya wawancara ya. 

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes

Bukti SS dengan Kepsek SD IT Permata Mulia Blora saat saya Protes







































Kamis, 08 Februari 2024

BULLYING MENJADIKANKU PEREMPUAN MANDIRI, TEGAR, DAN KUAT

 BULLYING MENJADIKANKU PEREMPUAN MANDIRI, TEGAR, DAN KUAT

*****

Oleh: Dewi Nur Halimah binti Masdari



Setiap orang tentu memiliki cerita perjalanan hidupnya juga kisah masa kecilnya. Pun juga aku, kisahku waktu kecil penuh pilu. Aku sering kali mendapatkan bully-an baik dari pihak keluarga sendiri maupun tetangga. Kejadian puluhan tahun lalu saat aku masih balita dan SD. Namun lukanya masih membekas hingga saat ini. 

Aku masih terkenang. Saat kirim dungo (dalam istilah Jawa dikenal: kirimnduo saat Ruwahan/ banca'an), semua cucu-cucu dari simbahku (nenek jalur bapak) berkumpul dirumah simbah. Semua cucu yang datang dan bermain bareng aku termasuk Dek Lis, Anam, Konik, Ana, Misbah, Mudah dan cucu cucu lainnya. Semua dikasih makan sama daging ayam (Sempol atau dodongmentok atau daging lain yang dagingnya banyak) kirimndungo oleh simbahku. Sementara aku nonton, kalaupun dikasih bagian balung (seperti cakar, kerongkongan, leher yang nggak ada dagingnya atau dagingnya sedikit) dan aku dikasih paling belakang, pernah juga capek di rumah Mbah nggak dikasih makan sementara semua sepupu dikasih. 

Aku sering mengalami hal itu. Pernah saking sakit hatinya, aku bersumpah sampai simbahku mati aku tidak akan mau menemui jenazahnya karena suka nyakitin hatiku. Sumpah itu kulafadkan dihadapan bapakku. Aku dimarahin bapakku dan diminta mencabut sumpahku, katanya sumpah buruk boleh dicabut. Akhirnya aku puasa 3 hari untuk mencabut sumpahku. Aku tidak akan mengatakan itu kalau nggak saking mangkelnya. Aku masih ingat dimana semua sepupu dikasih makan, sementara aku diiming-imingin cuman nonton. Aku bicara sebenarnya, dan ini kuingat-ingat sampai mati. Rasanya sakit, namun aku belajar memaafkan. Cuman untuk menghindari benci, aku memilih menjauhi daftar nama nama orang yang pernah menyakitiku. Kenapa aku menjauh?. Supaya hatiku tenang, tidak teringat luka, aku butuh sehat mental, dan juga menghindari dendam saat aku punya power buat dendam. Dengan menjauh, seiring berjalannya waktu aku lupa saat sibuk meskipun kalau ketemu lagi ya ingat lagi kejadian kejadian itu. 

Aku memiliki keunikan. Terkadang di otakku sering flashback kayak video muter tentang kejadian orang-orang yang pernah jahatin aku. Entah yang ngebully aku, yang memfitnah aku, atau yang dzolimi aku. Semua nama dan sikap orang yang nyakitin aku, rekaman kejadiannya meski sudah beberapa tahun silam muter di kepala dengan jelas. Daya ingatku juga kuat. Makanya untuk menghindari dendam dan kebencian, aku memilih tidak usah bertemu muka orang-orang yang pernah melukaiku sangat dalam. Dengan begitu, aku lupa lukanya, kalaupun ingat setidaknya perihnya tidak menganga. Pun orang-orang yang pernah membantuku, aku juga ingat betul nama-nama dan bantuannya. Setiap hari in SyaAllah aku tak pernah lepas mendoakan mereka semoga diberikan kemudahan, kelancaran dan kesehatan. 

Aku juga masih ingat. Saat kecil, ada tetanggaku, inisial SN. Anak-anak kecil seumuranku dipanggil dikasih balon, dihadapanku. Dan cuman aku yang nggak dikasih, mereka lalu ngiming-ngimingi aku. Aku juga sering diiming-imingin mainan dan makanan sama dia. Aku diam, aku tidak mengadu pada emakku. Aku sadar, saat kecil orang tuaku miskin. Bisa makan saja Alhamdulillah, mana tega aku minta mainan dan jajan. Makanya saat aku sudah kerja, aku pengen sesuatu ya kubeli selama  yang kubeli masih batas normal, dan pengeluaran tidak melebihi penghasilan ya nggak papalah. Hitung-hitung sebagai obat luka kecil yang dalem banget. Saat itu mataku berkaca-kaca dan aku menahan tangis. Alhamdulillah aku anak e sabar, tidak ngambekan ke orangtua, juga tidak pelampiasan sedih ke orang lain. Semua luka kupendam sendiri, kusimpan rapat dalam memori sampai aku dewasa. Harga mati saat dewasa aku harus berhasil, minimal cukup buat kebutuhan primer dan sekunder.

Dulu aku juga sering dibully setiap kali bermain di halaman masjid atau di depan halaman rumah mbah Nur Hasyim. Terutama saat main mikado, gobak sodor, dll. Aku sering dicengukke biar capek dan dibikin nangis sama Kak X (Qodarullah sekarang yang dzolimi aku jg rumah tangganya berantakan, naudzubillah. Kuwalat mungkin, kan jahat. Dia UN nggak lulus, nikah cerai). Selain X juga si K. Kejahatan K ini, aku juga masih ingat, dimana saat kondangan berkat di masjid. Berkatku dalam nampan (berisi nasi, bumbu: mie goreng, telur, kering tempe, kacang goreng, peyek) ditendang dipakai bal-balan menggunakan kaki oleh dia. Dia usianya sekitar 4/5 tahun lebih tua dari aku. Aku yang liat berkat nampan emakku dipakai tendang-tendangan, spontan nggak kuasa nangis dan njerit. Sampai sekarang luka itu masih kusimpan. Aku tidak dendam, tapi aku tidak bisa lupa orang yang menyakitiku. 

Bahkan saat kerja menjadi guru, lingkungan kerjaku juga tidak kondusif. Beberapa guru muda geng-gengan. Harusnya kerja ya kerja profesional, selesai kerja pulang. Bukan ngerumpi menjatuhkan menjelek jelekkan yang lain apalagi memfitnah. Hal yang paling menyakitkan, dulu 2019 aku pernah dapat undangan bertemu presiden dan keliling Nusantara. Alhasil pulang dari Jakarta, si guru itu kukasih oleh oleh, namun tidak disentuh sama sekali, tidak dimakan blas. Buah berkardus kardus masih banyak. Alhamdulillah sekolah dekat pondok, oleh oleh buah buahan (apel, per, jeruk, dll) kubagi-bagikan murid-murid pondokm Alhamdulillah ludes, aku pulang tidak kaboten. Mengobati sedihku. 

Selama sebulan aku diprenguti si N. Iri jelas. Dia juga memimpin gengnya untuk bersikap buruk denganku. Hanya karena aku dapat uang saku 1 juta untuk PP ke jakarta. Dia belum pernah lomba dan karantina berhari hari makanya uang sejuta dikira banyak. Lah pp bus aja 460 RB. Untung penginapan gratis. Makan seminggu juga lumayan. Belum yang lain. Alhamdulillah aja penginapan gratis. Kadang kalau panitia lomba nggak ngasih penginapan, hotel semalem 500 RB di Jakarta itu susah apalagi zaman sekarang. Kadang kalau penginapan nggak ditanggung, aku ada uang ya nombok buat beli prototype lomba dan persiapan lain. Kalau pas nggak ada uang, atau uangku mepet ya aku nekad tidur di masjid masjid atau terminal sebelum sampai di lokasi acara, uangnya buat prototype aja. Atau saat acara di lokasi acara, selesai acara di masjid. Pas acara, balik lagi esoknya. Selesai ke masjid lagi. Sering juga kalau foto, nggak diajak sendiri. Sering nyindir juga, padahal aku nyenggol dia aja nggak. Mangkel, jelas. Tapi ya cuek, fokusku kerja. Selesai pulang udah. Profesional. Yang penting kerjaku bagus, ada tidak ada atasan tetap bagus sebab Tuhanku selalu melihatku. 

Berdasarkan latar belakangku saat kecil yang sering mendapatkan bully-an. Itulah mengapa sekarang aku penyayang ke anak anak. Setiap ada anak dibully, aku tolong. Dan sikapku keibuan. Kenapa? Karena setiap liat yang dibully aku keingat luka lama. Sakit, perih. Makanya kalau ada yang dibully aku tolong kalau tahu di depan mataku langsung. Dulu muridku waktu aku mondok, ada anak polisi yang dibully temannya sampai keluar pondok dan pindah sekolah karena nggak ditemani dan difitnah nggak mandi. Padahal anaknya rajin mandi, cantik. Satu lagi, ada yang didorong dorong. Dia juga kutilang. Sudah puluhan anak yang dibully dan kutangani. Baik di lingkungan masyarakat, sekolah, maupun di jalan saat aku kegiatan. 

Jika aku merasakan dibully, dikucilkan sakitnya minta ampun, aku berusaha agar tidak ada yang dibully dan merasakan sakit yang kualami. Setidaknya dengan menolong korban bullying yang kutemui itu artinya aku bisa mencegah bullying atas bantuan Allah dan aku bisa bermanfaat untuk orang lain. Teruslah baik semaksimal yang kamu bisa. Jangan dendam, cukup jauhi bertemu dengan orang yang pernah nyakitin kamu. Sibukkan hari harimu dengan hal positif dan bermanfaat agar hidupmu bermanfaat dan berkah. Kisah bullying yang kualami kuambil hikmah, dengan pernah dibully aku menjadi perempuan yang kuat dan tegar. Tidak lembek ketika dihina, dibully atau dimaki. Dengan latar belakang suka diiming-imingi menjadikanku semangat kerja, mandiri, dan bisa meraih mimpi-mimpiku berbuah nyata. Cara balas dendam terbaik adalah menjadikan diri ini lebih baik termasuk lebih berhasil soal harta, lebih mandiri, lebih cantik, lebih berjiwa sosial, dan lebih berprestasi. 

Minggu, 10 April 2022

KENAPA KITA HARUS BELAJAR SETIAP HARI?

KENAPA KITA HARUS BELAJAR SETIAP HARI?

*****

Oleh: Dewi Nur Halimah

Email: halimahundip@gmail.com, 

HP. 0859159991610 

*****




Berbincang soal belajar, belajar adalah kewajiban kita sejak lahir sampai ke liang lahat. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Belajar memberikan output berupa otak yang pandai memahami apa yang telah dipelajari.

Belajar bisa dilakukan dengan membaca, menulis, menghafalkan, maupun berlatih. Kebiasaan belajar akan meningkatkan kemampuan literasi kita. Bila tubuh membutuhkan perawatan skincare, badan memerlukan pakaian, jiwa memerlukan perhatian dan kasih sayang, pun jua otak memerlukan braincare. Kesadaran diri akan kebutuhan belajar perlu dicukupi dengan baik. Sesungguhnya menahan lelahnya belajar jauh lebih baik daripada menahan kebodohan.

Jika kita mampu bermain  berjam-jam hingga lupa waktu, kita mampu hang out berjam jam dengan teman, seharusnya kita juga mampu belajar berjam-jam tiap hari. Sebenarnya, belajar itu tak seseram yang dibayangkan seperti bikin pusing, bosen dan jenuh. Belajar itu asyik dan menyenangkan kalau kita memiliki kesadaran akan pentingnya belajar sebagai kebutuhan.

Dengan belajar, kita akan mendapatkan banyak manfaat untuk kehidupan kita. Adapun manfaat belajar:

1. Menjadikan otak cerdas

Otak itu bagaikan kendaraan, belajar itu bagaikan bahan bakar. Kendaraan tak akan bisa digunakan apabila tidak terisi bahan bakar. Pun demikian otak, otak tak akan mampu berpikir dengan baik jika otak jarang digunakan untuk belajar. Semakin rajin belajar, maka semakin luas pengetahuan kita, dan semakin mudah bagi kita untuk memecahkan masalah yang rumit.

2. Mengasah otak lebih terampil

Otak yang sering digunakan untuk belajar sama halnya dengan pisau yang sering diasah. Pisau yang sering diasah akan semakin tajam untuk memotong. Pun demikian otak, otak yang sering diservice dengan braincare (belajar) maka otak akan terampil memecahkan setiap soal-soal yang dihadapi.

3. Mendewasakan pola pikir

Semakin banyak belajar, maka semakin luas wawasan. Wawasan yang luas dengan sudut pandang dari beberapa sisi. Wawasan luas mendorong pola pikir toleransi, pluralisme dan menerima perbedaan sebagai rahmad dengan hati yang lapang. Selain itu, wawasan luas mencegah sikap intoleran, radikal, dan ekslusifisme.

4. Terhindar dari kebodohan

Belajar adalah cara untuk mencerdaskan otak sekaligus menghindarkan diri dari kebodohan. Dengan belajar, kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemampuan membedakan antara yang baik dan buruk dapat mencegah kita dari hal hal buruk. Belajar adalah mata rantai pemutus kebodohan dan kemiskinan. Dengan kita belajar maka kita akan berpola pikir dewasa dan solutif. Tentu saja hal ini dapat meningkatkan kualitas SDM kita sehingga mimiliki peluang mendapatkan pekerjaan  yang baik dan mensejahterakan kehidupan kita lebih baik.

5. Membentuk jiwa yang inovatif, solutif dan produktif.

Belajar yang rajin akan membentuk jiwa yang produktif dan inovatif. Wawasan yang luas akan mendorong kita untuk kreatif dalam mengatasi permasalahan hingga menemukan solusi.

Minggu, 20 Maret 2022

WAHAI SUAMI, DUKUNG MENTAL ISTRI TETAP SEHAT!

WAHAI SUAMI, DUKUNG MENTAL ISTRI TETAP SEHAT! 

*****

Oleh: Dewi Nur Halimah binti Masdari 

Kanti Utami (sumber gambar : www.aceh.tribunews.com)

Wahai para suami...

Kamu tak merawat istrimu dari kecil hingga dewasa, yang membesarkan dan merawatnya adalah orangtuanya. Namun saat ia dewasa, kamu mencintainya, kamu memintanya dari orangtuanya. Saat menjadi istrimu, dia rela meninggalkan keluarga yang merawat dan membesarkannya demi mengabdi dan berbakti denganmu.

Ia mengurus rumah tanggamu, melayanimu, juga mengurus anakmu. Bahkan ketika anak masih bayi atau batita (bawah tiga tahun), tak jarang istrimu jarang tidur demi menjaga anakmu yang kadang nangis, rewel semalaman.

Banyak sekali para suami yang nggak peka. Kalian perlu belajar ini.

Dalam mengurus rumah tangga, apalagi jika tidak memiliki PRT istrimu melakukan banyak hal (menyapu, mengepel, mencuci baju, cuci piring, masak, beres beres rumah dll). Namun sering kali lelaki tak melihat ini dan menganggap istrinya tak kerja. Mereka kerja, hanya saja tidak menghasilkan uang seperti dirimu.

Belum jika kebutuhan keluarga semakin besar. Istri tak jarang ikut terjun membantu suami mencari nafkah. Bahkan banyak juga para suami pengangguran, istrinya ganti peran menjadi tulang punggung keluarga.

Ketika istrimu mencari nafkah maka bebannya semakin berat, selain bekerja mencari nafkah, ia mengurus rumah tangga, mengurus anak, dan melayanimu. Semakin banyak tanggungannya.

Wahai suami...

Para istri juga manusia, punya lelah dan letih. Ketika istrimu mengeluh kecapean, butuh perhatian. Jangan kau abaikan, bantulah ringankan pekerjaannya. Seperti jangan sampai yang jadi pencari nafkah itu istrimu, ini kuwajibanmu. Kewajiban ini bisa diambil alih kalau suami sakit parah/ cacat fisik yang menghalanginya tidak bisa kerja kecuali kerja online sambil duduk. Kalau kamu sehat, maka yang berkewajiban mencari nafkah adalah suami. Para suami harusnya malu, marwahnya hilang kalau istrinya mencari nafkah. Sudah gitu, tidak bersyukur malah istri disiksa, abai pula.

Jadilah suami yang baik. Saat engkau melihat istrimu mengeluh kecapean, kuatkan mentalnya, peluklah, bantu pekerjaan rumah tangga yang dihandlenya. Misal istri repot ngurus bayi, suami bantuin cuci piring. Atau istri lagi nyuci, sementara suami tidak kerja (lagi istirahat santai), cobalah peka. Istri nyuci, suami bantuin jemur. Saling pengertian itu penting untuk menjaga mental istrimu tetap sehat.

Wahai suami...

Kamu perlu belajar dari kisah nyata seorang ibu yang tega membunuh anak-anaknya, tidak lain karena mereka (para istri) depresi berat serta kurangnya support dari suami. Kebanyakan dipicu oleh permasalahan ekonomi dan kurangnya kasih sayang perhatian sang suami.


KASUS 1

Anik Qoriah (sumber gambar: www.liputan6.com).

Pada tahun 2006 silam, seorang ibu tiga anak yang bernama Anik Qoriah Sriwijaya, yang merupakan lulusan ITB tega membunuh anaknya. 

Anik mengontrak rumah bersama suami (Iman Abdullah), dan 3 anak, Abdullah Faras Elmaky alias Faras (6 tahun), Nazhif Aulia Rahmatullah alias Najib (3 tahun), dan Muhammad Umar Nasrullah (9 bulan) di Jalan Margahayu Barat Margacinta Kota Bandung. Keluarga ini terlihat hidup damai, tak pernah ada masalah berarti. Anik merupakan ibu rumah tangga, sedangkan sang suami bekerja di sebuah yayasan.

Minggu pertama bulan Juni, kejadian menggemparkan terjadi. Beralasan ingin menenangkan diri, Anik meminta suaminya menginap di kantor. Malam itu, ia membekap satu per satu anaknya hingga kehabisan nafas dan TEWAS. Anik mengaku tak memiliki motif khusus. Juga tak memiliki kelainan jiwa. Ia hanya merasa harus menyelamatkan anak-anaknya dari kehidupan. Anik terlalu takut tidak bisa membahagiakan anak-anaknya di masa depan. Ia merasa menjadi ibu yang gagal. Ia merasa bersalah dan menganggap dirinya tidak memiliki kemampuan apa-apa (untuk menghidupi anak-anak). Berdasarkan penyelidikan polisi, perempuan yang biasa hidup berkecukupan itu mengalami paranoia.


KASUS 2

Dedeh Nur Fatimah (sumber gambar: www.news.detik.com)

Dedeh Nur Fatimah (38 tahun), ibu 3 anak asal Kampung Cijengjing RT 5 RW 22 Desa Kertamulya Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tega menenggelamkan anaknya ke toren (penampung) air pada Selasa, 11 Maret 2007. Satu anaknya tewas, dua lainnya selamat. Usai beraksi, Dedeh menyerahkan diri ke polisi.

Polisi sempat menduga aksi tersebut disebabkan rasa frustasi terkait faktor ekonomi. Namun suami Dedeh (Kasito) membantahnya. Utang Rp 20 juta ke bank dibayar rutin. Selama ini, keluarganya juga tidak pernah masalah.

Dedeh mengaku tidak menyesal. Ia justru menyesal karena 2 anak lainnya tidak ikut meninggal. Dedeh nekat membunuh anaknya karena ia tidak mau membebani anaknya. 


KASUS 3

Kanti Utami (sumber gambar : www.aceh.tribunews.com)

Kanti Utami (35 tahun), seorang ibu muda yang berprofesi sebagai MUA. Ia merupakan warga Desa Tonjong, Brebes, ditangkap menggemparkan tanah air karena tega menggorok anaknya. 

Minggu, 20 Maret 2022 ia melakukan penggorokan terhadap 3 anaknya. Satu anak tewas, dua lainnya selamat.

Berdasarkan motif pengakuannya, ia merasa bahwa ia tidak gila. Ia hanya ingin menyelamatkan anak-anaknya biar tidak hidup susah seperti dirinya sehingga anak-anaknya harus mati agar tidak hidup sedih seperti dirinya. Ia juga mengaku selama ini kurang kasih sayang. Dia mengaku sudah tidak sanggup lagi hidup dengan ekonomi yang pas pasan. Apalagi, suaminya sering menganggur (pengangguran, tidak kerja).


MARI MERENUNG...

Kenapa seorang ibu yang notabennya lulusan universitas ternama, berpendidikan tega membunuh anaknya? Kenapa seorang ibu tega membunuh anaknya sendiri, sementara di luaran sana masih banyak ibu yang pengen punya anak tetapi belum dikaruniai anak? 

Mungkin SEBAGIAN masyarakat menghujat

"KURANG IMAN, MAKANYA TEGA BUNUH ANAK"

"IBU DZAJAL, NGGAK PUNYA HATI"

"NGGAK INGAT TUHAN"

"IBU DURHAKA" 

"DLL" 


Baiklah...

Semoga para penghujat tidak merasakan depresi berat sebagaimana yang ibu-ibu itu rasakan. Perlu engkau ketahui, tekanan batin atau trauma berat atau depresi berat itu bisa menyerang siapapun tanpa pandang pendidikan, orang ngerti agama tidak, maupun usia. Semua bisa terserang. Jika kamu saat ini tidak mengalami tekanan batin berat sehingga masih waras, semoga engkau yang menghujat tidak merasakan seperti itu.

Bisa jadi ibuk ibuk itu depresi berat karena beberapa faktor. Coba dalami penyebabnya. Ada karena kekhawatiran berlebih pada masa depan anak, nggak mau anaknya hidup susah dan sedih kelak, dan bisikan-bisikan untuk membunuh. Sementara saat mereka butuh dukungan mental, orang terdekatnya yang diharapkan bisa mendukung mentalnya justru nggak ngedukung. Seharusnya suami mendukung kesehatan mental sang istri. Kasih sayang suami itu penting, perhatian suami, kepekaan dan kepedulian suami itu penting di samping mencukupi kebutuhan dzohir (uang, sandang, papan, pangan). 

Perhatikan kasus yang terakhir, Bu Kanti Utami. Dia padahal berkarir sebagai MUA. Kenapa bisa seperti itu?. Karena tekanan berat yang dialami. Wabah Corona selama sekitar 2 tahun sejak 2020 banyak membuat pekerja MUA kelimpungan apalagi saat hajatan pernikahan dilarang sebab mengundang kerumunan. Artinya pemasukan minus, sementara kebutuhan tiap hari ada untuk makan dan biaya sekolah anak. 

Bayangkan, jika sebelum Corona ia bisa merangkap jabatan sebagai ibu rumah tangga dan tulang punggung. Gimana saat corona sementara suaminya pengangguran dan juga kurang kasih sayang? 

Ia harus merangkap banyak peran. Menjadi tulang punggung keluarga yang mencukupi kebutuhan keluarga dan anak anak, menjadi seorang istri yang melayani suami, mengurus anak, mengatur rumah tangga, dll. Jika tanpa dukungan suami yang sadar kewajiban (kerja halal untuk menafkahi anak istri), sikap abai suami yang kurang perhatian akan keletihan istri maka jadilah istri bertahun tahun memendam luka berat letih yang bertumpuk tumpuk hingga kehilangan kendali kontrol emosi.

Siapa yang rugi kalau seorang istri tega membunuh anaknya karena mengidap skyzofrenia (bisikan bisikan untuk membunuh anak karena merasa gagal menjadi ibu), anxiety disorder (gangguan mental cemas berlebihan seperti yang dialami bu Kanti yakni khawatir masa depan anaknya, jangan sampai nanti anaknya hidup sedih dan susah jadi lebih baik mati daripada hidup), baby blues (kehilangan kontrol emosi paska melahirkan karena tekanan nyinyiran tetangga, keluarga, pasangan paska melahirkan yang membuatnya depresi berat sebab tanpa diimbangi mental yang siap menerimanya seperti dianggap bukan ibu normal karena melahirkan caesar, tidak bisa merumat anak dll cocotnya tonggo, lambe nyinyir kerabat), atau paranoia (gangguan mental berupa pikiran ketidakpercayaan atau kecurigaan kepada orang lain secara tidak realistis atau merasa dianiaya  padahal tidak dianiaya seperti yang dialami Bu Anik Qiriyah Sriwijaya)?. Yang paling dirugikan adalah anak dan suami juga. Anak kehilangan haknya untuk memperoleh kehidupan, dan seorang suami akan kehilangan keturunan biologisnya. Maka dari itu wahai para suami, berikan perhatian dan kasih sayang yang cukup pada istrimu. Jangan sungkan untuk membantu istri ketika istri terlihat kepayahan atau kesusahan serabutan banyak kerjaan. Cukupi kebutuhan dzohir istrimu. Penuhi kebutuhan batin istrimu dan perlakukanlah dengan baik. Siapa yang mendukung mental istrimu jika bukan kamu selaku pasangannya. Jika kamu benar-benar mencintainya, maka jagalah kesehatan mentalnya juga di samping kesehatan raganya. Surga istri adalah ridho suami, dan surga suami adalah memuliakan istrinya. 


Salam, 


Dewi Nur Halimah

(Pegiat HAM dan Literasi Kabupaten Blora)