Untukmu
Calon Imamku
Hidup, mati dan jodoh adalah
kuasa Tuhan. Demikian halnya jodoh, saat rentang usia 20 hingga 30-an, tak
jarang khalayak muda dihinggapi rasa kagum, jatuh cinta hingga memikirkan
tentang pernikahan. Tak jauh berbeda dengan muda-mudi pada umumnya, demikian
halnya dengan diriku yang jua memikirkan masa depanku. Jika Tuhan meridhoi, aku
menginginkan menikah saat usia 24 atau 25 tahun, usia ideal dimana persiapan
mental dan psikologis dalam menjalin hubungan. Saat ini usiaku masih 22, masih
2 hingga 3 tahun bagiku untuk mempersiapkan diri menjadi lebih baik. Namun aku
tak kaku memutuskan harus menikah saat usia 24/ 25 tahun, itu hanya keinginanku
sedangkan sepenuhnya aku pasrahkan Allah SWT. Sehingga akupun tak tahu, bisa
jadi jodohku tepat di usia 25 tahun, bisa jadi jodohku lebih cepat dari usia 25
tahun, atau bisa pula lebih lama dari 25 tahun, wallahu a’lam.
“Kita tiada pernah tahu siapa jodoh kita,
kapan datangnya, dan semua adalah rahasia Tuhan. Cukup jalani dan lakukan
ikhtiar yang terbaik. Kita boleh merencanakan sesuatu, tetapi hasil akhir
tetaplah keputusan ada pada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu termasuk
Dzat yang Berkuasa jodoh, hidup, dan mati”
Aku tak memutuskan untuk
pacaran, karena aku menginginkan cinta sekali seumur hidupku, yakni dengan
pasangan halalku nanti. Setidaknya meskipun belum pernah merasakan indahnya
pacaran, aku sudah merasakan dan mengerti bagaimana rasanya ketika someone shoots at me and says about his love
to me. Aku yakin, jika diriku baik in syallah jodohku jua baik, karena
jodoh adalah cerminan diriku. Aku yakin, walaupun aku tak pacaran, God had created me in pair since I was born
in this world. Siapapun nanti yang datang mengkhitbahku ke orangtuaku tepat
di usia 24 atau 25, jika memang ternyata banyak kesamaan dan saling cinta,
mungkin dialah imamku. Hal ini terbukti oleh adekku (anak pamanku) yang tak pernah
pacaran dan langsung menikah, alhamdulillah langgeng.
Lelaki hebat bukan lelaki
yang datang hanya padaku dan memintaku untuk menjadi pacarnya, melainkan lelaki
yang berani menghalalkanku menjadi pasangannya setelah ia menyatakan cintanya
padaku. Jika memang tepat diusia 25 belum ada ikhwan yang berani menghitbahku
ke orangtuaku, maka bukanlah hal sulit bagiku. Sebagai upaya menjemput jodoh,
maka aku akan meminta tolong kiahi untuk menjodohkanku dengan siapapun yang
beliau kehendaki yang sekiranya menurut beliau cocok untukku. Jadi tak perlu
ambil pusing dalam memikirkan jodoh, terpenting pantaskan dirimu terlebih
dahulu untuk mendapatkan yang terbaik.
Bagiku perbedaan usia
bukanlah masalah, terpenting ia mampu membuatku merasa nyaman, bisa mengarahkanku
menjadi lebih baik, dan mendukung program dan cita-citaku. Usia tak menjamin
kedewasaan seseorang, sekalipun ia lebih muda jika memang ia mampu
mengarahkanku, menjagaku, menyupporku dan
mencintaiku maka tak masalah. Hal ini
sudah diteladankan oleh Rosulullah SAW
dengan Siti Khodijah RA, dimana rosulullah berusia 25 tahun sementara
situ Khodijah berusia 40 tahun (Rosulullah SAW lebih muda dari Siti Khodijah
RA). Jika ia lebih tua darikupun tak masalah, justru itu lebih baik. Hal inipun
telah diteladankan Rosulullah SAW dengan Sayyidah Aisyah RA. Siapapun yang
Tuhan kirimkan untukku adalah yang terbaik untukku.
Fokusku saat ini adalah
untuk memperbaiki diri, memantaskan diri untuk mendapatkan yang baik. Aku
memusatkan perhatianku pada masa depanku, melukis jejak demi jejak yang akan
kulakukan untuk masa depanku. Aku bahagia bila aku dapat melukiskan senyuman
dihati kedua orangtuaku, adekku, dan orang-orang disekitarku. Aku lebih fokus
pada berkarya, berkarya dan terus berkarya mengembangkan bakat yang aku miliki
dan berusaha untuk terus belajar Istiqomah. Semoga suatu saat nanti aku
dipertemukan dengan jodoh yang mendukung aktivitasku baik dalam dunia
pendidikan, pekerjaan, maupun pengabdian.
Aku menuntut ilmu, mengenyam
pendidikan tinggi bukanlah untuk menyaingi suamiku nanti melainkan dengan
kecerdasan yang kumiliki sebab mengenyam pendidikan tinggi untuk kugunakan
dalam mendidik putra-putriku nanti. Aku belajar ilmu parenting karena aku ingin
mendidik dan membimbing putra putriku nanti menjadi anak yang soleh-solekhah
yang taat pada Tuhannya dan taat pada kedua orangtuanya. Aku tak ingin menjadi
sosok Ibu yang otoriter dan memaksakan kehendak pada anak tanpa melihat dari
segi kemauan anak. Aku akan belajar menjadi sosok Ibu yang bijak dalam
menyikapi anak, mengikuti kemauan anak tetapi mengarahkannya bila ia berbelok
arah, membimbingnya dan menunjukkannya bagaimana ia mengembangkan bakat yang
dimilikinya, bagaimana ia menyalurkan bakatnya, serta bagaimana ia memupuk
keahlian yang dimilikinya. Sehingga anak tidak merasa tertekan, melainkan
merasa didukung dan diarahkan dalam menggapai cita-citanya.
Aku sangat cinta berbisnis, oleh
karena itu aku mencintai dunia usaha. Sebagaimana tokoh idolaku, Rosulullah SAW
dan Siti Khodijah RA. Sayyidah Khodijah RA adalah saudagar kaya raya yang
dermawan, jujur, dan amanah dalam mengembangkan bisnisnya. Beliau sosok yang
peduli, santun, lemah lembut, dan penyayang. Beliau adalah sosok yang
menginspirasiku untuk mengembangkan kemampuanku dalam berwirausaha. Sejak
kecil, aku bercita-cita menjadi pengusaha, mengikuti jejak Sayyidah Khodijah
RA. Aku suka dalam hal marketing strategy/
strategi pemasaran, aku juga suka presentasi, suka dalam hal berhitung
(alhamdulillah pernah mewakili sekolah dalam olimpiade akuntansi sewaktu SMA,
juara III). Dalam benakku selalu terlintas, dimana aku bertindak sebagai
presentator dalam sebuah tender. Aku ingin menjadi wanita yang multitalenta,
rendah hati, dan penyayang. Aku menyadari bahwa semua itu tak akan terjadi
tanpa campur tangan Tuhan. “I am nothing
without God, and I am brilliant with God. God is my back up. Everything is
possible with God. Between struggling and praying should be balance because
praying without effort is useless and effort without praying is an arrogance”.
Aku mencintai menulis, dan
menuangkan ide-ideku dalam bentuk tulisan karena bagiku menulis lebih dari
sekedar menulis melainkan menyiratkan sebuah kenangan, pengetahuan, dan
mengabadikan sebuah peristiwa. Semua orang yang kutemui memberiku banyak
pengetahuan dan pengalaman. Bertemu orang baik melatihku agar akupun menjadi
orang baik, melatihku untuk bersyukur, melatihku untuk semakin mendekatkan diri
pada Rabbku. Bertemu orang yang kasar, keras, jahat melatihku untuk menjadi
insan yang penyabar, tabah dalam menghadapi cobaan, dan dewasa dalam menghadapi
masalah. Tersirat di benakku, bila Tuhan meridhoi dan mengizinkan suatu saat
nanti pasanganku jua hobi menulis, maka kita akan bisa bersama-sama
menggoreskan tinta dalam sebuah goresan karya dalam cinta. Dimana ia menjadikanku
sebagai inspirasi dalam tulisannya atau aku menjadikannya sebagai bagian dari
inspirasiku untuk menuliskannya. Atau ia menuliskan sebuah kisah, lalu aku
meneruskannya ataupun sebaliknya.
Aku mencintai belajar
tentang leadership, entrepreneurship, dan
belajar agama karena aku akan menjadi guru bagi putra putriku nanti. Sudah
selayaknya aku memberikan tauladan baginya. Perlu diketahui Rosulullah SAW
adalah sosok leader yang hebat, hal
itu terbukti beliau yang pernah menjabat sebagai kepala negara. Rosulullah SAW
adalah sosok pengusaha yang luar biasa, hal ini terbukti beliau yang
mendapatkan julukan Al-Aamiin dalam dunia bisnis. Rosulullah SAW adalah seorang
yang taat agama, hal itu terbukti ia yang menjadi Kekasih Rabb. Sudah
sepantasnya, kita sebagai ummatnya meneladani beliau, baginda Rosulullah SAW.
Aku mencintai yatim piyatu,
fakir miskin, dhuafa, anak penyandang disabilitas, anak jalanan. Entahlah…aku
mencintai mereka sudah sedari dulu. Dari anak yatim piyatu aku belajar banyak
hal. Anak yatim piyatu adalah anak yang tangguh, dimana ia harus berjuang tanpa
ayah ataupun tanpa ibu bahkan tanpa ayah dan Ibu. Anak jalanan mengajarkanku
arti kemandirian, arti rasa syukur atas nikmat yang Tuhan berikan. Anak
penyandang cacad mengajarkanku arti syukur telah Tuhan berikan fisik yang
sempurna, sungguh betapa aku harus bersyukur atas nikmat itu. Aku mencintai
mereka sebagaimana aku mencintai diriku, dari mereka aku banyak belajar arti
syukur, arti sabar, dan arti ikhlas.
Kuingin (semoga Allah
meridhoi) orang yang menjadi jodohku adalah sosok yang menyupporku dalam
berbisnis untuk menjadi sociopreneur yang sukses. Kuharap kau menjadi
penyupportku dalam mengabdi untuk peduli terhadap kaum yang membutuhkan
(dhuafa, fakir miskin, anak jalanan, anak penyandang disabilitas, dan
lain-lain). Kuharap kau menyupportku dalam meraih mimpi-mimpi besarku. Aku tak
mentarget kamu harus ini atau harus itu, namun aku memiliki kriteria untuk
orang yang menyupport masa depanku. Kuharap kau adalah sosok yang memiliki jiwa
sosial yang tinggi untuk membantu sesama, kau yang tak hanya memikirkan dirimu
dan keluargamu namun jua kau yang memikirkan bagaimana caranya bermanfaat untuk
orang lain dan membantu orang lain. Kuharap kau sosok yang memiliki jiwa entrepreneurship dan jiwa leadership yang tinggi, sehingga kita
bisa sevisi dan semisi. Saat ini aku sedang menaruh perhatianku dalam kegiatan
sosial dan belajar tentang bisnis, kuharap kaupun sama.
Untukmu Calon Imamku
Untukmu calon imamku…
Yang tak kutahu siapa dirimu
Sedang apa dirimu
Disini aku sedang berbenah diri
Melayakkan diri untuk menjadi pasanganmu
Untukmu calon imamku…
Yang tak pernah kutahu kapan kita bertemu
Yang tak pernah terfikir kapan kau
menghalalkanku
Disini aku memantaskan diri
Untuk menjadi seorang istri
Yang senantiasa taat padamu dan taat pada
Rabbku
Untukmu calon imamku…
Kuharap kita akan menjadi satu untuk
selamanya
Kita yang berpadu dan saling bahu membahu
Kau yang menguatkanku saatku rapuh
Dan ku yang menguatkanmu saat kau lemah
Kau yang menyirami hatiku saat gundah
Ku yang memotivasimu saat resah
Kau yang meminjamkan bahumu untukku bersandar
Dan ku yang memegang tanganmu untuk kau tegar
Dibawah lindungan Rabbku
Kuingin kita kelak membina keluarga yang
bahagia
Bahagia diatas rasa syukur dan diselimuti
rasa cinta
Kuharap sebesar apapun badai menghalang
Hendak merobohkan cinta kita
Kau tetap berdiri tegar dan menguatkan cinta
kita
Sampai berjumpa…sampai berjumpa di waktu yang
halal
Orang tampan memang mempesona tetapi
orang yang berjiwa entrepreneurship tinggi lebih memikat hati
Orang tampan memang mempesona tetapi
orang beriwa sosial tinggi lebih menarik hati
Bukan tentang seberapa hebat dirimu,
tetapi tentang seberapa bermanfaat dirimu